Senin, 14 Februari 2011

6. Dengan Usaha Dakwah, Ummat mendapat Tarbiyah Peningkatan Iman


Dengan usaha dakwah, tarbiyah bagi umat yang akan dicapai adalah sifat-sifat sebagai berikut:
1.       Iman/yakin seperti iman/yakin Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Iman Rasulullah adalah iman yang sempurna, yaitu iman yang tidak terpengaruh oleh suasana dan keadaan. Kapan saja, dimana saja amalkan perintah Allah. Seluruh isi Al-Qur’an mampu direalisasikan dalam kehi-dupan sehari-hari. Beliau disebut sebagai “Al-Qur’an berjalan”. Allah menjadikan beliau sebagai “uswatun hasanah” (contoh teladan) bagi seluruh manusia. Kesempurnaan iman Rasulullah tidak datang begitu saja, tetapi dimulai dari usaha dakwah sebagai tertib awal sebagai seorang utusan Allah, istiqomah dalam usaha dakwah, berkorban harta, diri dan waktu demi usaha dakwah serta berdakwah sampai mati.

Dalam melaksanakan dakwah inilah Rasulullah mendapat tarbiyah (pendidikan iman) dari Allah. Yang menolak dakwahnya, maka beliau dihina,diejek, dikatakan sebagai orang gila, tukang syair dan tukang sihir. Beliau diludahi, dilempari debu, batu dan bangkai, diancam bahkan mau dibunuh. Allah memberikan tarbiyah agar beliau sabar dan Allah meng-hibur dengan diceritakannya kisah orang-orang terdahulu tentang kesa-baran dan ketabahannya. Jadilah beliau orang yang paling sabar dari seluruh manusia. Sedangkan orang yang merima dakwahnya, beliau dicintai lebih dari mencintai dirinya sendiri. Demikian juga, Allah dalam   firmanNya sering menyebut tentang sifatNya yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Terbentuklan kasih sayang Rasulullah kepada keluarganya, pengikutnya dari para sahabat, dan kepada orang yang masih kafir. Terhadap mereka yang menentang (mau membunuh) sekalipun beliau tidak dendam, beliau tetap mendo’akan keselamatan mereka dari adzab Allah  dan agar semuanya diberi petunjuk oleh Allah.

 Mengenai harta benda, Rasulullah diperintah berkali-kali dalam firman Nya agar menginfakkan hartanya untuk kepentingan agama Allah, walaupun dalam keadaan kekurangan. Dalam berdakwah mengajak kepada Allah tidak meminta upah (balasan). Dan inilah sifat dari orang yang mendapat petunjuk dari Allah (QS. Yasin : 21). Keyakinan kepada harta benda tidak masuk kedalam hati Rasulullah, sehingga Rasulullah lebih mendahulukan agama Allah dari apapun termasuk keperluan diri sendiri. Allah hendak menguji Rasulullah akan menjadikan gunung jadi emas dan raja bagi manusia sedangkan derajad kenabian tetap diberikan kepada beliau, namun beliau meminta kepada Allah agar dijadikan seorang nabi dan rasul yang betul-betul menghamba kepada Allah, sabar dalam kemiskinan dan bersyukur dalam karunia Allah.
Duabelas tahun dalam tarbiyah dengan kesabaran dan ketabahan menghadapi ummat di Mekkah, maka terbentuklah iman Rasulullah semakin kuat dan mantab. Dengan kesiapan iman yang sudah sangat tinggi beliau diIsra’ Mi’rajkan oleh Allah. Dalam peristiwa tersebut beliau melaksanakan shalat bersama seluruh para nabi dan rasul serta malaikat, dimana beliau menjadi imamnya.  Jadilah beliau digelari sebagai “imamul ambiyaa- i wal mursaliin wal malaa-ikatul muqarrabiin” (imamnya seluruh nabi dan rasul dan malaikat). Kemudian  Allah memberikan hadiah utama secara langsung tanpa perantara, berupa shalat lima waktu. Shalat merupakan sarana komunikasi secara langsung antara seorang hamba dengan yang menciptakan dirinya yaitu Allah subhaanahuu wa ta’aalaa, sebagai bentuk kepatuhan sempurna dan kepasrahan total kepadaNya. Dengan shalat, Allah telah memberikan jalan untuk menyelesaikan masalah ummat, baik urusan dunia ataupun akhirat. Seperti kita ketahui, bahwa dakwah dan do’a (shalat) merupakan amalan setiap nabi dan rasulmenerima dakwahnya, beliau dicintai lebih dari mencintai dirinya sendiri. Demikian juga, Allah dalam untuk mendatangkan pertolongan Allah. Demikian pula dengan ummat akhir zaman, setelah wafatnya Rasulullah, maka Allah tidak mengutus nabi dan rasul lagi ke muka bumi, tetapi ummatnya yang diberi tugas meneruskan kerja nabi dan rasul. Jika ummat ini menjadikan dakwah menjadi maksud hidup, maka pertolongan Allah akan diberikan kepada ummat ini sama seperti yang diberikan pada nabi dan rasul.   
·                  Dengan usaha dakwah kita belajar menyempurnakan iman. Caranya di Masjid atau Mushalla banyak mudzakarah iman/yakin kepada Allah. Semakin banyak bicara kebesaran Allah, iman akan semakin me-ningkat pada diri kita. Setiap hari luangkan waktu bersilaturrahim kepada jama’ah masjid/mushalla  atau bertemu siapa saja, bicara kebesaran Allah dan pentingnya taat kepada Allah. Dalam usaha inipun akan mengalami ujian-ujian yang sama sebagai mana yang terjadi pada Rasulullah dan sahabat. Semakin besar pengorbanan kita dengan harta dan diri untuk kepentingan agama Allah, maka Allah akan berikan tarbiyah iman yang akan menaikkan iman kita. 
2.       Fikir/risau seperti fikir/risau Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Fikir Rasulullah adalah fikir (keselamatan) ummat. Rasulullah selalu merisaukan bagaimana ummat semuanya menjadi da’i; ummatnya mengamalkan agama dengan sempurna; dan ummatnya masuk syurga, terbebas dari adzab neraka. Tanda kasih sayang Rasulullah pada ummat adalah hari-hari Rasulullah selalu mendatangi ummat. Jika telapak kaki Rasulullah diberi tanda merah, maka tempat-tempat di Mekkah dan Madinah semua berwarna merah karena pernah dilewati atau didatangi oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka jumpa ummat.  
Rasulullah diutus oleh Allah kepada semua manusia sampai hari kiamat. Rasulullah paham bahwa diri beliau tidak akan hidup sampai hari kiamat dan tidak bisa mendatangi semua manusia di ujung-ujung dunia, maka beliau mencetak semua sahabatnya untuk memiliki fikir dan risau beliau. Keberhasilan usaha dakwah Rasulullah ini menjadikan seluruh para sahabat semuanya 100 % adalah da’i; para sahabat mampu mengamalkan agama secara sempurna; dan para sahabat telah dijamin masuk syurga. Dengan usaha dakwah selama 10 tahun di Madinah, Rasulullah telah   membentuk 125 kali rombongan sahabat untuk mendakwahkan agama (iman dan amal) ditempat yang dekat atau jauh. Melalui para sahabat, agama tersebar ke seluruh alam sehingga sampai pada kita saat ini. Inilah maksud bahwa Rasulullah diutus sebagai rahmatallil ’aalamiin, yaitu menjadikan orang lain bukan hanya ahli ibadah, tetapi ahli dakwah. Dengan usaha dakwah iman meningkat; meningkatnya iman ditandai dengan mudahnya melaksanakan amal ibadah mengikuti contoh Rasul-lullah; tanda ibadah betul hubungan dengan orang lain dalam muamalah dan mu’asyarah baik; dan pucaknya akhlaknya menjadi baik. Tanda akhlak baik mempunyai sifat kasih sayang, sabar, syukur, tawadhu’ sebagaimana sifat-sifat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Cara mudah untuk mengenalinya dapat dilihat pada raut mukanya yang sumringah (suka senyum) dan mudah bergaul.
·                  Dengan usaha dakwah kita belajar fikir/risau Rasulullah shallal-laahu ‘alaihi wa sallam. Caranya setiap hari kita luangkan waktu bersilaturrahim atau bertemu siapa saja dan sampaikan bahwa kita dilahirkan sebagai ummat Rasulullah  untuk meneruskan fikir dan risau beliau, yaitu memikirkan (keselamatan) ummat. Tanda kasih sayang kita sebagai ummat adalah kita datangi ummat dan beri fikir bahwa kebaha-giaan manusia hanya didalam agama yang sempurna sejauh mana yang dicontohkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Fikir bahwa kita semua punya tanggung jawab untuk meneruskan kerja Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Fikir bagaimana diri kita dan seluruh ummat bisa masuk ke dalam syurga dan terbebas dari adzab neraka. Kalau kita istiqamah seperti ini sampai mati, maka fikir/risau kita sama seperti fikir/risau Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
3.       Maksud/tujuan hidup seperti maksud/tujuan hidup Rasulullah shalllal-laahu ‘alaihi wa sallam

Maksud/tujuan hidup Rasulullah adalah mendakwahkan agama sampai mati. Kesenangan hidupnya ditinggalkan dalam rangka dakwah. Semua potensi yang diberikan Allah, baik diri, waktu dan hartanya dikorbankan untuk dakwah. Keluarganya rela menanggung kesusahan dan penderitaan agar terus manapun tidak menghalangi untuk tetap berdakwah. Bahkan nyawapun rela dikorbankan demi tegaknya dakwah.
Rasulullah rela tinggalkan Mekkah al Mukarramah, kampung kelahiran yang dicintainya karena usaha dakwahnya akan dipadamkan dan dimatikan. Beliau hijrah menuju Madinah al Munawwarah dimana orang-orang Anshar siap menolong dan membela sampai darah yang peng-habisan. Terciptalah suatu jalinan yang baik, dari dua tempat yang berbeda dengan latar belakang berlainan, bersatu padu sebagai saudara di jalan Allah. Satu golongan yang hijrah disebut Muhajir, meninggalkan keluarga, pekerjaan, harta benda, rumah yang dicintai dan kesenangan hidupnya, hanya dengan satu niat untuk jadi asbab tersebarnya hidayah Allah ke seluruh alam. Sementara satu golongan yang lain siap menolong dan membela orang yang hijrah dengan segala potensi yang ada, baik harta, diri dan waktu disebut Anshar. Kerjasama yang baik antara Muhajir dan Anshar mendatangkan pertolongan Allah, yaitu ummat bersatu dengan kasih sayang; ummat tidak mudah  dipecah belah; dakwah makin kuat dan hidayah cepat tersebar. Efek kerjasama dalam usaha dakwah ini sebagaimana firman Allah “…Aku bersama kamu”  artinya “..kalau kamu berperang, Aku akan menangkan kamu”. Sudah berapa banyak kemenangan  diperoleh sahabat, termasuk dua adinegara pada waktu itu yaitu Kerajaan Romawi dan Parsi bertekuk lutut di bawah kaki para sahabat.
Suatu rahasia yang harus dicamkan sampai hari kiamat, bahwa usaha dakwah akan berkembang dengan pesat - hanya dan hanya – ada dua golongan yaitu Muhajir dan Anshar terjalin kerja sama yang baik. Kehebatan usaha dakwah yang demikian karena ketetapan berdasarkan perintah Allah dan dilakukan Rasulullah.

Rasulullah menjadikan semua sahabat yang mengikutinya menjadi da’i dan menjadikan dakwah maksud hidupnya. Pada waktu Haji Wada’ Rasulullah mengumpulkan 124.000 sahabat (laki, perempuan dan anak-anak). Rasulullah memberikan nasehat tanpa pengeras suara, namun dapat didengar oleh seluruh sahabat yaitu agar semua sahabatnya menyampaikan agama kepada yang tidak hadir yaitu semua orang di muka berlangsungnya usaha dakwah. Rintangan yang berat bagaimanapun tidak menghalangi untuk tetap berdakwah. Bahkan nyawapun rela dikorbankan demi tegaknya dakwah.

Rasulullah rela tinggalkan Mekkah al Mukarramah, kampung kelahiran yang dicintainya karena usaha dakwahnya akan dipadamkan dan dimatikan. Beliau hijrah menuju Madinah al Munawwarah dimana orang-orang Anshar siap menolong dan membela sampai darah yang peng-habisan. Terciptalah suatu jalinan yang baik, dari dua tempat yang berbeda dengan latar belakang berlainan, bersatu padu sebagai saudara di jalan Allah. Satu golongan yang hijrah disebut Muhajir, meninggalkan keluarga, pekerjaan, harta benda, rumah yang dicintai dan kesenangan hidupnya, hanya dengan satu niat untuk jadi asbab tersebarnya hidayah Allah ke seluruh alam. Sementara satu golongan yang lain siap menolong dan membela orang yang hijrah dengan segala potensi yang ada, baik harta, diri dan waktu disebut Anshar. Kerjasama yang baik antara Muhajir dan Anshar mendatangkan pertolongan Allah, yaitu ummat bersatu dengan kasih sayang; ummat tidak mudah  dipecah belah; dakwah makin kuat dan hidayah cepat tersebar. Efek kerjasama dalam usaha dakwah ini sebagaimana firman Allah “…Aku bersama kamu”  artinya “..kalau kamu berperang, Aku akan menangkan kamu”. Sudah berapa banyak kemenangan  diperoleh sahabat, termasuk dua adinegara pada waktu itu yaitu Kerajaan Romawi dan Parsi bertekuk lutut di bawah kaki para sahabat.
Suatu rahasia yang harus dicamkan sampai hari kiamat, bahwa usaha dakwah akan berkembang dengan pesat - hanya dan hanya – ada dua golongan yaitu Muhajir dan Anshar terjalin kerja sama yang baik. Kehebatan usaha dakwah yang demikian karena ketetapan berdasarkan perintah Allah dan dilakukan Rasulullah.
Rasulullah menjadikan semua sahabat yang mengikutinya menjadi da’i dan menjadikan dakwah maksud hidupnya. Pada waktu Haji Wada’ Rasulullah mengumpulkan 124.000 sahabat (laki, perempuan dan anak-anak). Rasulullah memberikan nasehat tanpa pengeras suara, namun dapat didengar oleh seluruh sahabat yaitu agar semua sahabatnya menyampaikan agama kepada yang tidak hadir yaitu semua orang di mukabumi dan diteruskan kepada generasi berikutnya. Diriwayatkan 114.000 sahabat telah meninggal di luar Mekah-Madinah dalam usaha dakwah.  Hal ini membuktikan bagaimana Rasulullah berhasil mencetak semua sahabat menjadikan dakwah sebagai maksud hidup. Keberhasilan Rasulullah ini menjadikan beliau mendapatkan kehormatan, kemuliaan dan sanjungan dari Allah subhaanahuu wa ta’alaa yaitu sebagai penghulu atau pemimpin manusia  di dunia dan akhirat.
·      Dengan usaha dakwah kita belajar bagaimana dakwah yang dicontohkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan menjadikan dakwah sebagai maksud hidup kita. Caranya setiap hari kita luangkan waktu bersilaturrahim atau bertemu siapa saja dan sampaikan bahwa kita dilahirkan sebagai ummat Rasulullah untuk meneruskan kerja beliau menyampaikan agama (iman dan amal shaleh). Dengan cara demikian agama akan sampai kepada semua orang di seluruh dunia dan secara berkesinambungan akan sampai pada generasi berikutnya sampai hari kiamat. Jadikan kerja dakwah sabagai kerja yang paling utama (tiap hari buat dakwah). Kita juga kerja dunia sebagai keperluan hidup (bukan maksud hidup) untuk menunjang/memperkuat kerja dakwah. Apabila kita buat Usaha Dakwah dengan istiqamah, maka kila akan ikut andil/berjasa dalam menghidupkan agama di seluruh alam dan pahala dakwah kita akan terus mengalir sampai kiamat.

Para masyaikh mengatakan kalau kita tidak berdakwah, maka kita akan didakwahi. Kalau kita tidak berdakwah (mengajak atau berbicara) kebesaran Allah, maka kita akan diajak kepada kebesaran makhluk atau berbicara selain kebesaran Allah. Kalau kita tidak mengajak atau menghidupkan sunnah nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka kita akan diajak atau menghidupkan selain sunnah, yakni cara yahudi dan nasrani, cara binatang ataupun cara syetan. Kalau kita tidak mengajak atau tidak ingat kehidupan akhirat, maka kita akan diajak untuk selalu memikirkan kehidupan dunia, seolah-olah kita akan hidup selamanya di dunia, lupa pada kematian dan tidak mempersiapkan pada kehidupan sesudah mati. Karena itu usaha dakwah yang dilakukan dengan cara Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam akan merubah keyakinan pada makhluk menjadi yakin pada Allah; merubah keyakinan pada dunia menjadi yakin pada akhirat; dan merubah keyakainan pada maal (harta benda dan atau pangkat) menjadi yakin pada amal agama. Setiap permasalahan bagi orang uasaha dakwah dikembalikan kepada Allah, sehingga usaha menyelesaikannya dengan cara yang disukai oleh Allah yaitu dengan amal agama dan mendakwahkan agama, berdo’a dan kemudian bertawakkal (menyerahkan harapan) kepada Allah.

4.       Mizas/kecintaan seperti mizas/kecintaan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah dalam buat usaha dakwah tidak mempunyai maksud dan tujuan lain dan juga tidak ada pikir mencari keduniaan. Beliau hanya berpikir bagaimana seluruh umat manusia selamat dari huru-hara di dunia dan di akhirat. Seluruh harta, keluarga, bahkan nyawa beliau korbankan, asal maksud dan tujuan tercapai. Mizas inilah yang ada dalam diri Rasulullah dan para sahabat radhiyallaahu ‘anhum ‘ajmaa-iin, dan mizas ini pula yang telah hilang dari umat sekarang ini. Istri beliau Siti Khadijah radhiyallaahu ‘anhaa sebelumnya merupakan orang yang sangat kaya, akhirnya semua kekayaannya habis dalam rangka usaha dakwah. Keluarga beliau rela mengalami susah payah demi menanggung hinaan dan cercaan dari orang-orang yang menolak dakwah. Bahkan beliau beberapa kali mengalami percobaan pembunuhan agar usaha dakwah berhenti total. Puncaknya ketika rumah beliau dikepung oleh orang kafir Quraisy untuk membunuh beliau, maka beliau diperintahkan oleh Allah untuk berhijrah ke Madinah, meninggalkan kampung halaman yang paling dicintainya, meninggalkan keluarga yang paling dikasihinya, meninggalkan segalanya demi tegaknya usaha dakwah dan hidayah bisa berkembang bagi seluruh manusia.
Tiap hari minimal 2 ½ jam jumpa ummat, setiap bulan luangkan waktu 3 hari, tiap tahun 40 hari, dan seumur hidup minimal 4 bulan belajar usaha dakwah Rasulullah  shallallaahu ‘alaihi wa sallam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar