Rabu, 16 Maret 2011

7. Sifat dalam Amal Agama


Sifat-sifat Manusia dalam Amal Agama mempunyai ciri yang berbeda-beda, yaitu :
I.             Perasaan Cukup dan Aman dalam Amal
Ulama mengatakan bahwa Allah telah menyembunyikan Ridhonya dalam amal-amal agama. Namun amal sholeh mana yang di ridhoi Allah, ini hanya Allah yang mengetahuinya. Semua amal yang kita kerjakan ini tidak ada jaminannya disisi Allah karena itu tergantung pada kesempurnaan amalnya dan keikhlasannya. Untuk ukuran ini penerimaan amal ini hanya Allahlah yang mengetahuinya. Ada 3 perkara yang kita tidak mengetahui dalam amal :
1.             Kita tidak tahu apakah amal ibadah kita diterima atau tidak, jadi jangan pernah merasa aman.
2.             Kita tidak tahu amal baik mana yang bisa mendatangkan ridho Allah.
3.             Kita tidak tahu amal buruk mana yang menyebabkan kita mendapatkan murka Allah.
Kisah-kisah :
1.             Pernah ada seorang ahli ibadah di jaman Nabi Musa AS yang kerjanya selama 300 tahun hanya beribadah saja kepada Allah. Suatu hari ketika dia meminta kepada Nabi Musa untuk menanyakan kepada Allah surga mana yang Allah berikan sebagai balasan terhadap ibadahnya. Lalu Allah menjawabnya melalui Nabi Musa AS bahwa dia itu adalah penghuni Neraka.
2.             Pernah ada seorang pelacur di jaman Nabi Musa AS ketika dia kelelahan setelah melewati perjalanan yang panjang dan kehausan. Lalu dia dapati ada sumur air di tempat dekat dia beristirahat. Setelah bersusah payah dia masuk kedalam sumur mengambil air dengan sepatunya, lalu ketika keluar didapatinya seekor anjing kecil sedang kehausan. Lalu karena kasihan melihat anjing kecil itu maka diberikanlah air tersebut kepada anjing kecil itu. Asbab kejadian ini Allah telah ridho kepada pelacur tersebut dan mengampuni seluruh dosanya, lalu memasukkannya ke dalam SurgaNya Allah Ta’ala.
3.             Ada di jaman Nabi SAW seorang perempuan tua ahli ibadah, yang sudah menghabiskan banyak waktunya hanya untuk beribadah kepada Allah. Namun si nenek tua ini mempunyai kebiasaan suka melalaikan kucing peliharaannya dari memberikannya makanan. Akibat dari perbuatannya ini akhirnya kucing peliharaannya yang di ikat dan dikurung tersebut mati kelaparan. Maka apa kata Nabi SAW mahfum bahwa nenek tua itu adalah penghuni neraka.
Jadi pada intinya kita tidak tahu amal baik mana yang Allah terima walaupun kita ahli maksiat dan amal buruk mana yang bisa menyebabkan murka Allah atas diri kita walaupun kita adalah ahli ibadah. Untuk perkara ini kita perlu menjaga sifat harap dan cemas kita. Karena Nabi SAW pun yang sudah di jamin surganya oleh Allah tidak pernah merasa aman atas amal-amalnya.
Kisah Nabi SAW :
Suatu ketika Nabi SAW selepas sholat berdo’a menangis hingga kesedihannya terasa oleh istrinya Ummu Salamah. Lalu Ummu Salamah bertanya, “Ya Rasullullah, mengapa engkau menangis memohon ampunan padahal engkau telah di jamin Surganya oleh Allah.” Lalu Nabi SAW menjawab dengan tegas, “Siapakah yang bisa menjaminku wahai istriku ? Sedangkan saudaraku Nabi Yunus AS ketika dia bersandar pada amalnya sesaat saja, dia merasa aman terhadap amalnya, Allah kurung dia dalam perut Ikan Paus selama 40 hari.” Nabi saja Allah hukum di dalam laut karena tidak ada risau terhadap amalnya. Padahal nabi Yunus AS hanya bersandar sesaat saja dari amalnya. Nabi Yunus AS meninggalkan ummatnya mencari tempat yang lebih baik untuk dakwah pada kaum yang lain. Nabi Yunus AS tidak merasa khawatir dengan perbuatannya meninggalkan kaumnya ketika itu. Nabi Yunus merasa aman dan tidak ada kekhawatiran terhadap amalnya tersebut. Padahal Allah perintahkan dia untuk tetap di kampung tersebut. Sesaat merasa aman dari amalnya, Allah kurung Nabi Yunus di dalam perut ikan paus, hingga dia bertobat kepada Allah.
Kisah Umar bin Khattab RA :
Umar RA adalah seorang sahabat yang termasuk dalam 10 orang sahabat  yang telah di jamin Surganya oleh Allah Ta’ala. Suatu ketika umar RA bertemu dengan Hudzaifah RA yaitu penyimpan rahasia Nabi SAW. Umar RA bertanya kepada Hudzaifah RA, “Wahai Hudzaifah, aku tidak peduli apakah ada orang-orang munafik yang kerja untukku ataupun orang lain yang telah jelas kemunafikkannya. Namun Aku hanya mau bertanya satu hal kepadamu Apakah Aku termasuk  golongan orang-orang yang Munafiq yang dikabarkan oleh Nabi SAW.” Ini adalah Risaunya Umar RA, yang Surganya telah di jamin oleh Nabi SAW. Walaupun begitu tetap Umar RA selalu dalam keadaan khawatir terhadap amal-amalnya bukannya dalam keadaan aman. Padahal kalau kita lihat amalnya Umar RA, sudah seharusnya dia merasa aman, tetapi hingga menjelang ajalnya pun dia masih dalam keadaan selalu merasa khawatir atas amal-amalnya. Umar RA di tanya oleh Abbas RA menjelang wafatnya, “Apalagi yang engkau risaukan wahai Umar, sedangkan Allah dan Nabinya sudah menjamin keberadaanmu di Surga.” Lalu Umar RA menjawab, “Jika aku mempercayai perkataanmu, maka aku ini sungguhlah orang yang bodoh. Andai kata seluruh umat ini masuk surga dan satu orang masuk ke dalam neraka, maka aku khawatir yang satu orang masuk ke dalam neraka itu adalah aku. Jika seluruh manusia masuk ke dalam neraka dan hanya satu orang masuk ke dalam Surga, Aku berharap agar orang itu adalah Aku.” Menjelang ajalnyapun, Umar RA masih dalam keadaan harap dan cemas terhadap amalnya. Apalagi kita saat ini yang sudah jelas-jelas tidak ada jaminannya dari Allah Ta’ala dan NabiNya.
Ciri-ciri Amal yang Allah Sukai adalah Amal yang mempunyai Sifat  :
II.             Harap dan Cemas :
Salah satu ciri amal yang disukai Allah adalah amal yang mempunyai sifat harap dan cemas. Menurut Ulama, Iman itu ada di antara harap dan cemas. Pernah ada suatu kisah seorang anak muda yang sedang menghadapi sakratul maut bertanya pada rasullullah SAW. Dia bertanya, “Ya Rasullullah SAW, aku berharap Allah mau mengampuni dosa-dosaku tetapi aku takut dosaku terlampau banyak.” Rasullullah SAW bersabda mahfum :
“jika ada dalam amal ini rasa harap dan cemas (takut) kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan apa yang kita harapkan dan menjauhi kita dari apa yang kita cemaskan (takuti).”
Hari ini orang yang berharap rahmat Allah sudah banyak tetapi tidak ada rasa cemas, jadinya maksiat jalan terus. Lalu ada orang yang terlalu mencemaskan dosanya sehingga putus asa dari rahmat Allah, akhirnya buat dosa terus. Jadi harap saja tanpa cemas ujung-ujungnya perbuatan dosa, dan putus harap karena terlalu cemas ujung-ujungnya dosa juga. Yang benar adalah harus punya harap kepada Allah dan rasa cemas karena dosa. Ini yang harus kita jaga dalam kehidupan kita yaitu rasa harap dan cemas.
Kisah di Jaman Nabi Musa AS :
Dalam sebuah riwayat di kisahkan, ada seorang pemuda yang pergi untuk bertemu dengan Nabi Musa AS untuk bertanya mengenai Iman. Namun di tengah jalan si pemuda tadi bertemu dengan seseorang yang tangan dua-duanya sudah tidak ada, kaki dua-duanya sudah tidak ada, matanya buta. Lalu si pemuda ini bertanya apa yang sudah terjadi padanya. Si orang tadi menjawab bahwa, “Saya ini korban perampokan sehingga tangan, kaki saya di potong oleh perampok itu dan mata saya di buta kan.” Si orang tadi menceritakan bagaimana jahatnya perampok itu dan bagaimana susahnya dia menjalankan hidup. Si pemuda tadi menanyakan dari mana dia dapat makan. Lalu orang itu bilang, “setiap hari saya merasakan ada semut yang mengantar buah-buahan langsung ke mulut saya sudah sampai 10 tahun.” Akhir cerita si pemuda tadi mengajak orang itu ikut namun dia menolak sehingga pemuda tadi pamit untuk pergi. Namun orang cacat tadi menitip pertanyaan untuk Nabi Musa : “Kemuliaan seperti apa yang  Allah akan berikan kepada saya nanti di surganya Allah, setelah sabar mengalami penderitaan selama 10 tahun ini.”
Sampai di tengah perjalanan si pemuda tersebut di hadang oleh seorang perampok yang ternyata adalah perampok yang merampok si orang yang cacat tadi. Si perampok itu bilang bahwa dia telah membunuh 99 orang dan dia ingin menjadikan pemuda tadi yang ke 100. Lalu si pemuda itu bilang kepada si pembunuh, “Yang namanya orang pintar dia akan tahu manfaat dan mudharat dari pekerjaan yang dilakukan. Sekarang jelas-jelas saya tidak ada uang. Kalau tuan bunuh saya malah akan menyusahkan tuan. Tuan harus berkelahi dulu dengan saya, kalau saya mati tuan harus mengubur diri saya lagi, tuan harus mencium bau mayat saya lagi. Jadi yang ada hanya mudharat untuk tuan dan tidak ada manfaatnya.” Si perampok tadi akhirnya mengurungkan niatnya untuk membunuh pemuda tadi.  Lalu dia bertanya kemana tujuan si pemuda itu pergi. Setelah menjelaskan maksud dan tujuannya, akhirnya si perampok meminta pemuda untuk menyakan kepada Nabi Musa AS : “ Saya sudah membunuh 99 orang dan saya ingin bertobat apakah Allah akan menerima tobat saya.” Maka pergilah si pemuda tadi menghadap Musa AS.
Setelah bertemu dengan Nabi Musa AS, maka dia ajukan 3 pertanyaan :
Pertanyaan pertama adalah tentang Iman : Mengapa Allah tidak menampakkan dirinya langsung agar kita bisa langsung mengimaninya ?
Pertanyaan kedua tentang si cacat : Kemuliaan apa yang akan Allah berikan kepada saya yang telah bersabar menghadapi penderitaan selama 10 tahun ini ?
Pertanyaan ketiga tentang si perampok : Apakah Allah akan menerima tobat orang yang sudah membunuh 99 orang ?
Lalu Nabi Musa AS menjawab pertanyaan :
Kalau kita bisa melihat Allah kenapa Allah susah-susah mengirim Nabi. Kita beriman kepada Allah karena kita tidak bisa melihatnya. Ini baru yang namanya Iman, yaitu tidak pernah melihat tapi mau meyakini.
Orang cacat tadi penghuni Neraka.
Allah akan mengampunkan dosa perampok tadi dan Allah akan masukkan dia ke surga.
Si pemuda tadi bertanya mengapa si cacat yang sabar masuk neraka dan sedangkan si perampok yang jahat masuk surga. Lalu Musa AS menjawab, yang namanya penghuni surga itu mempunyai ciri- ciri.  Ciri-cirinya adalah Dia melupakan 2 hal dan mengingat 2 hal :
Yang Di lupakannya :
Kebaikan atau amal baik dirinya
Kejahatan orang lain terhadap dirinya
Yang Di ingatnya :
Kejahatan dirinya atau amal buruk dirinya
Kebaikan Allah dan orang lain terhadap dirinya
Nabi Musa berkata si cacat tadi :
Yang di ingatnya hanya kebaikan atau amal baiknya (dia merasa aman / bersandar pada amalnya). Tetapi dia melupakan nikmat yang telah Allah berikan kepadanya melalui semut yang mengantarkan buah ke mulutnya tiap hari selama 10 tahun. Dia tidak bersyukur terhadap nikmat Allah tersebut.
Lalu dia mengingat keburukan orang lain dan melupakan keburukan diri sendiri
Itulah sebabnya si cacat ini Allah tentukan neraka sebagai tempat dia kembali. Si cacat tadi hanya punya pengharapan yang berlebihan tanpa rasa cemas terhadap amal-amalnya, sehingga dia lalai dari nikmat Allah. Inilah yang namanya merasa aman atas amal-amalnya. Hari ini kita jangan pernah merasa sudah sabar menghadapi penderitaan dan kesusahan karena kita tidak tau apakah kesabaran kita Allah terima atau tidak. Jika kita ada berbuat kebaikan lupakan saja karena itu Allah yang bantu kita. Yang perlu kita ingat selalu adalah kebaikan Allah dan orang lain terhadap diri kita, dan bagaimana membalasnya. Kita sering-sering minta ampun kepada Allah dan minta maaf kepada orang karena amal buruk kita. Ini yang harus kita ingat-ingat yaitu kejahatan kita kepada Allah dan orang lain. Kita lupakan kejahatan orang lain terhadap kita, karena jika ada yang memukul kita pada hakekatnya itu adalah Allah yang memukul kita. Jadi kita lupakan saja perbuatan jahat orang lain terhadap diri kita, dan jangan kita ungkit-ungkit kejahatan orang lain seperti si cacat tadi yang menyebabkan dia menjadi penghuni neraka.
Sedangkan si perampok tadi Allah terima ampunannya dan Allah akan masukkan dia kedalam surga karena :
Dia mempunyai ciri-ciri penghuni surga yaitu : yang di ingat-ingat adalah kejahatan dia sendiri dan dia lupakan kejahatan orang lain.
Si perampok ini mempunyai sifat harap dan cemas. Dia mengharapkan rahmat Allah dan mencemaskan perbuatan dia.
III.             Ikhlas :
Hari ini penting kita waspadai diri kita agar jangan sampai tergelincir oleh amal kita sendiri. Setan ini selalu buat usaha selama 24 jam bagaimana Iman dan Amal kita rusak walaupun itu hanya bergeser sedikit saja. Itu sebabnya penting kita mengenal Allah agar kita tidak sampai terjebak oleh syetan. Jika ada rasa aman terhadap amal, segera ucapkan “La haula wala Quwwata Illa Billah”, “Tiada daya upaya ( untuk taat ) selain pertolongan dari Allah”. Jika ada kebaikan yang ada kita perbuat, yakinilah bahwa itu semata-mata karena pertolongan Allah bukan karena kemampuan kita. Nabi SAW pernah berkata bahkan untuk mengangkat kedipan mata sekalipun ini atas pertolongan Allah. Jadi jangan pernah merasa kita mampu beramal, ini semata-mata karena Allah sayang sama kita, sehingga kita di tolong Allah untuk beramal. Jika ada yang memuji, kita kembalikan pujian ini kepada Allah, karena hanya Allah yang berhak dipuji. Kita ini tidak bisa buat apa-apa, semunya ini kerjaan Allah, jadi hanya Allah yang pantas di puji. Jangan pernah merasa mampu untuk beribadah, karena semua ibadah ini atas pertolongan Allah. Dalam sebuah riwayat dikatakan ada seorang Abid yang 300 tahun dia beribadah dengan penuh ketaatan, kerjanya sujud, dzikir, dan hanya memakan kurma yang tumbuh di pinggir sungai tempat dia sholat. Dia mengeluh dengan derajat surga yang Allah kasih. Lalu Allah keluarkan Abid tadi dari surga dan Allah tanya, “Siapa yang memberimu makan dari tumbuhan yang dapat mengeluarkan kurma tiap hari ? dari mana engkau mendapat kekuatan dalam beribadah ? siapa yang memberimu udara untuk bernafas ?” lalu Abid itu menjawab, “Engkau ya Allah” sehingga abid itu bertobat dan menerima keputusan Allah.
Pada Hakekatnya semua keadaan dan semua kemampuan ini adalah Allah yang buat dengan IradahNya, keinginannya. Jadi kalau ada orang yang tersesat dari jalan yang lurus pada hakekatnya Allah yang menyesatkan. Itulah sebabnya iblis ketika diminta pertanggung jawabannya, dia bilang, “Saya hanya bisa menggoda, tetapi perbuatan dosa itu adalah kemauan orang tersebut.” Nabipun di ajarkan Allah do’a untuk mempertahankan Hidayah : “Allahumma La Tudzi’ Qullubana Ba’daidz hadaitana Milladunka Rahmah antal wahab”, “Ya Allah janganlah engkau sesatkan aku setelah engkau memberi aku pertunjuk.”
Suatu hari Imam Syafei Rah.A bertemu dengan Iblis, lalu Iblis itu berkata, “Apa pendapatmu tentang saya, kalau saya ini adalah Allah yang menciptakan, jalan hidupku Allah yang menentukan, sifat yang ada dalam diriku Allah yang memberikan, tempat akhir tinggalku Allah yang memutuskan, menurutmu apakah aku ini Dzolim ?” Lalu Imam Syafei menjawab, “Jika Allah menciptakan kamu menurut kemauanmu, berarti Allah Dzolim. Sedangkan Allah Maha Suci dan Allah tidak Dzolim.” Lalu Iblis menjawab, “Jawabanmu benar. Tahukah engkau asbab pertanyaanku ini sudah 80 orang ulama aku sesatkan.” Allah tidak pernah dzolim, yang dzolim itu kita yaitu yang selalu menentang Allah dan bertindak menurut kemauan kita. Kemauan manusia ini selalu mengikuti nafsu, sehingga manusia ini mempunyai kecenderungan merusak. Jika Allah mengikuti kemauan kita berarti Allah tidak suci lagi karena Allah sudah merusak. Sedangkan Allah Maha Suci dan tidak merusak, sedangkan yang merusak itu adalah kita.
Allah jadikan hidup ini menurut kemauan Allah bukan kemauan mahluknya. Penting kita sandarkan kemauan kita kepada kemauan Allah, ini baru benar. Bukan hidup menurut kemauan kita, tetapi menurut kemauan Allah. Kita ini bisanya hanya mempertanyakan kemauan Allah, “Kenapa begini, kenapa begitu” padahal di dalam Al Qur’an Allah sudah bilang, “Allah ini tidak akan ditanya, Kitalah yang akan ditanya Allah.” Jaga prasangka baik kepada Allah, kalau Allah sudah tentukan surga buat kita nanti semuanya akan Allah mudahkan. Sahabat bertanya,”Jika Allah sudah tentukan surga dan neraka untuk kita buat apa kita beramal”  Nabi SAW menjawab mahfum, “Apakah kamu sudah tahu dimana Allah tempatkan kamu. Beramal saja, jika Allah sudah janjikan Surga untukmu nanti Allah mudahkan (bantu / tolong)  kamu dalam beramal.” Dalam setiap amal yang kita lakukan setan ini akan membuat 7 usaha atas amal kita :
Usaha menghalangi seseorang dari beramal, lalu disibukkan dalam perkara lain.
Jika beramal akan di buat tergesa-gesa biar tidak sempurna amalnya
di buat malas atau menunda-nunda dalam beramal agar tidak Istiqomah
Di tipu dari amal besar ke amal kecil
Beramal sembunyi-sembunyi tetapi dalam hatinya ingin diketahui orang banyak.
Di buat merasa bahwa dia telah berbuat amal ( ujub )
Di buat dia tidak yakin pada amal-amalnya.
Jadi usaha atas keihklasan ini bukanlah perkara yang mudah karena setan mengetahui bahwa amal yang Allah sukai adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas hanya kepada Allah. Kalaupun kita lewat godaan syetan ini, maka amal kita akan di seleksi di 7 langit, sebelum amal itu sampai kepada Allah :
Amal tertolak di langit pertama asbab adanya Ghibbah
Amal tertolak di langit ke dua asbab mengharapkan keduniaan
Amal tertolak di langit ke tiga asbab Ketakaburan ( sombong )
Amal tertolak di langit ke empat asbab adanya Ujub (rasa aman/mampu)
Amal tertolak di langit ke lima asbab adanya Hasad dan Dengki
Amal tertolak di langit ke enam asbab tidak ada rasa Mahabbah pada manusia
Amal tertolak di langit ke tujuh asbab ada Sum’ah dan Riya’
Lalu ada satu amal yang lolos sampai ke Arasy Allah dan hanya Allah mengetahui isi atau niat dari amal itu. Jika ada ketidak ikhlasan maka Allah akan buang amal itu walaupun amal itu sudah lolos sampai ke langit ke 7 tidak diketahui oleh para malaikat. Niat dalam hati dari si Hamba ketika beramal ini hanya Allah yang tau. Ikhlasnya seseorang dalam beramal ini hanya Allah yang tau. Dari Jin, Malaikat, dan manusia tidak ada yang bisa tahu niat atau keikhlasan dari amal-amal itu. Ada sebuah kisah percakapan seorang wali Allah, bernama Juneid Al Baghdadi, dengan Allah di dalam mimpinya. Allah berkata kepadanya, wahai Juneid :
Ketika Aku berikan kesenangan di dunia maka 90 % dari manusia lari dariku. Sehingga yang tinggal hanya 10 % dari jumlah manusia.
Ketika Aku berikan kesusahan di dunia maka 90 % dari yang tersisa tadi lari dariku. Sehingga tinggal 10 % dari jumlahnya.
Ketika Aku nampakkan Surga maka 90 % nya lagi dari manusia yang tersisa  tadi lari dariku. Sehingga tinggal 10 % dari jumlahnya
Ketika Aku nampakkan neraka maka 90 % nya lagi lari dariku hingga yang tersisa hanya tinggal 10 % darinya.
Sisanya Aku uji lagi mereka dengan cobaan-cobaan, maka larilah dari mereka 90 % dari sisanya. Hingga hanya tertinggal 10% daripadanya.
Maka sisa dari yang lari dariku inilah, yang sebenar-benarnya hambaku yang Ikhlas dan hanya mengharapkan RidhoKu. Mereka diberi kesenangan dunia tidak lari dariKu, diberi kesusahan dunia tidak lari dariKu, diberi surga tidak lari dariKu, diperlihatkan neraka tidak lari dariKu, Aku uji mereka dengan cobaan-cobaan tidak lari dariKu. Mereka inilah yang sebenar-benarnya hambaku.
Imam Ali RA berkata Ikhlas itu ada 3 tingkatan :
1.             Karena Mengharapkan Surga à Ikhlasnya para pedagang
2.             Karena Takut pada Neraka à Ikhlasnya seorang hamba
3.             Karena Malu dan Syukur pada Allah à Sebenar-benarnya Ikhlas
Ciri-ciri orang yang sudah sampai pada tingkatan Malu dan Syukur kepada Allah, ketika ditanya mau minta apa, maka dia akan bingung memintanya, karena dia merasa apa yang dia butuhkan semuanya sudah ada. Sehingga dia malu untuk meminta yang namanya dunia dan hanya bersyukur atas segala pemberiaan Allah. Jadi hidupnya hanya bersyukur saja dan malu kepada Allah karena amalnya tidak bisa melebihi pemberian Allah kepadanya sehingga dia malu untuk meminta yang lain. Jangan kita hanya meminta keduniaan pada Allah karena dunia ini hina dan tidak ada nilainya, bahkan Allah benci kepada dunia ini. Barangsiapa yang meminta dunia kepada Allah ini seperti meminta kotoran pada Raja, maka raja akan tersinggung. Mintalah kepada Allah sesuai dengan kebutuhan kita dan mohonlah kepada Allah karena pertolongan Allah untuk keluar dari masalah.
Nabi SAW bersabda mahfum kepada Muadz bin Jabal RA :
“ Wahai Muadz jagalah keikhlasan karena keikhlasan ini dapat membuat amal yang kecil menjadi besar.”
Ikhlas ini dapat membuat amal besar menjadi kecil, dan amal kecil menjadi besar disisi Allah. Amal-amal ini semuanya akan Allah hisab kebenarannya. Jadi dalam beramal ini penuh dengan perjuangan, dan kalau bukan karena pertolongan Allah, tidak mungkin kita bisa melewati rintangan-rintangan dalam beramal.
IV.             Mahabbah ( Cinta / Kasih Sayang )
Amal yang dilakukan atas dasar kasih sayang inilah yang bisa menyebabkan cinta Allah pada hambanya. Islam ini adalah agama yang kasih sayang. Di dalam Al Qur’anpun banyak ayat yang memerintahkan kita untuk berbuat baik dan menyayangi fakir miskin, anak yatim, musafir, janda, dan manusia yang lainnya.
Nabi SAW bersabda mahfum :
“Tidak akan masuk surga kalian sebelum kalian beriman. Tidak akan sempurna iman kalian sebelum kalian menyayangi orang lain sebagaimana kalian menyayangi diri sendiri.”
Kisah Sahabat :
Sahabat menjamu Tamu Nabi SAW padahal dirumahnya hanya ada makanan tinggal buat anak-anaknya. Lalu Sahabat memerintahkan isterinya untuk menidurkan anaknya dan menyediakan makanan untuk tamu Nabi SAW. Lalu dia perintah isterinya untuk mematikan lilin dan dia berpura-pura membetulkan lilin. Sementara dia pura-pura mengunyah makanan sehingga dikira tamunya ia ikut makan. Asbab perbuatan sahabat ini turun ayat dari Allah untuk mengenang perbuatan Sahabat yang Iqrom kepada tamu Nabi SAW. Perbauatan Sahabat ini Allah abadikan dalam Qur’an untuk diambil pelajaran dan di tauladani sampai hari kiamat. Sehingga ke esokan harinya Nabi SAW memanggil sahabat tersebut karena Allah ridho pada pelayanannya kepada tamu.
Kisah-kisah :
Di jaman Musa AS ada seseorang yang merindukan saudaranya yang tinggal di tempat lain. Sangking rindunya dia maka dia berniat untuk mengunjungi saudaranya itu. Ketika dia pergi dari rumahnya untuk mengunjungi saudaranya Allah memerintahkan malaikat untuk mencegatnya dan menanyakan niat orang itu mengunjungi saudaranya ( kunjungan banyak sebabnya : karena bisnis, karena jabatan, karena hutang, dll. ). Setelah dicegat oleh Malaikat yang menyamar sebagai manusia, Malaikat itu bertanya, “Hendak kemana engkau pergi wahai pemuda ?” si pemuda tadi menjawab, “Aku rindu ingin bertemu dengan saudaraku karena Allah.” Lalu Malaikat itu bertanya lagi, “Betulkah kamu merindukan saudaramu itu karena Allah ?” pemuda itu menjawab, “Iya betul.” Maka malaikat itu berkata, “Wahai pemuda sesungguhnya aku ini adalah malaikat yang diutus Allah untuk menanyakan perkara ini kepadamu, jadi dengarkanlah bahwa sesunguhnya Allah merindukanmu sebagaimana kamu merindukan saudaramu.”
Bekal Akherat cuman hanya ada 2 saja :
1.             Cinta pada Allah
2.             Menyayangi Mahluk
Dalam suatu riwayat dikatakan :
“Barangsiapa yang menyayangi yang ada di bumi maka yang di langit akan sayang kepadanya”
Allah berfirman dalam Hadits Qudsi :
“Haqqat Mahabatti ( Wajib Aku mencintai ) “ :
1.             Lil Mutahabbina Fiya : “Orang yang saling mencintai karena Aku”
Hadits Nabi SAW Mahfum :
“Barangsiapa yang mencintai seseorang karena Allah Ta’ala, menghormati RabbNya, maka dia akan mampu memperoleh keagungan dan RahmatNya.” ( HR. Ahmad )
2.             Lil Mutawassilina Fiya : “yang menyambung sillaturahmi karena Aku”
Hadits Nabi SAW Mahfum :
“Ya Uqbah, maukah kamu aku beritahukan tentang akhlaq penghuni dunia dan akherat yang paling utama ?” Yaitu : “Menghubungi orang yang memutuskan hubungan denganmu…” ( HR Al Hakim )
3.             Lil Muttanashihiina Fiya : “yang saling menasehati pada jalanKu”
Hadits Nabi SAW Mahfum :
“Sesungguhnya agama itu adalah nasehat.” Sahabat bertanya,”Bagi siapa ya Rasullullah SAW ?” Nabi SAW menjawab, “Bagi Allah, bagi kitabNya, bagi RasulNya dan bagi ummat muslim.” ( HR Nasai )
4.             Lil Mutazawirina Fiya : “yang saling menziarahi karena Aku”
Hadits Nabi SAW Mahfum :
“Mereka akan duduk dalam mimbar-mimbar bercahaya disaat orang-orang ketika itu sedang mengalami kesusahan yang hebat padahal mereka bukan dari golongan para Nabi ataupun syuhada.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka itu ya Rasullullah SAW ?” Nabi SAW menjawab, “Mereka yang bertemu dan berpisah semata-mata karena Allah Ta’ala.” ( HR Ahmad )
5.             Lil Mutabaazilina Fiya : “yang saling memberi pada jalanKu”
Hadits Nabi SAW :
“Adakah kamu mencintai Surga ?” sahabat menjawab,”Ya Rasullullah SAW.” Nabi SAW bersabda, “Senangkanlah saudaramu dengan apa yang engkau sukai bagi dirimu.” ( HR Ahmad )
6.             Al Mutahabuna Fiyya : “yang saling berkasih sayang pada JalanKu”
Hadits Nabi SAW :
“Orang-orang yang saling berkasih-sayang karena Ku, akan berada di dalam naungan bayangan ArasyKu pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naunganKu.” ( HR. Ahmad & Thabrani )
  • · Note :   Semua perkara-perkara ini yang menyebabkan Allah cinta pada hambanya terdapat dalam amalan Dakwah. Apa itu Dakwah ? yaitu mengajak manusia cinta pada Allah dan Allah cinta pada manusia.
Kisah Nabi Daud AS :
Nabi Daud AS pernah bertanya kepada Allah : “ Ya Allah bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan cintamu ?” Lalu Allah SWT menjawab : “Ajaklah orang-orang untuk mencintaiku, maka aku akan cinta kepadamu.”
Do’a Nabi Daud AS :
“Ya Allah sesungguhnya kau memohon agar dapat mencintaiMu, mencintai orang yang mencintaiMu, beramal dengan amal yang dapat menyampaikanku untuk cinta kepadaMu. Ya Allah jadikanlah kecintaanku kepadaMu melebihi kecintaanKu pada diriku, pada keluargaku, dan bahkan melebihi kecintaanku kepada air yang dingin di waktu panas terik di padang pasir.”
Do’a para Tabi’in :
“Ya Allah Engkaulah tujuanku, RidhoMu lah yang aku cari, Cinta Kasihmu dan Makrifat kepadaMu lah yang aku minta “
4 akhlaq yang paling dicintai Allah :
1.             Menyambung sillaturrahmi dengan yang memutuskan
2.             Memberi kepada yang tidak mau memberi ( bakhil pada kita )
3.             Berbuat baik kepada yang mendzolimi kita
4.             Memaafkan dan mendokan kepada orang yang bersalah pada kita
Rumus Agama        : Dakwah = Kasih Sayang = Kesempurnaan Iman = Surga
Kasih Sayang pada Ummat yang paling utama :
Memikirkan bagaimana Nasib mereka di akherat nanti bukan memikirkan keselamatan yang sekejap saja yaitu di dunia ini. Tidak mau masuk neraka maka ajak orang untuk menjauhi Neraka, dan kalau mau masuk surga maka ajak orang untuk masuk surga. Kuncinya adalah sholat. Kunci surga ini mempunyai 5 gigi yaitu sholat wajib 5 waktu.
Menurut Ulama Amalan yang paling Allah cintai dari para Nabi hanya 2 saja :
Mengajak seluruh manusia cinta pada Allah
Memikirkan cara bagaimana Allah bisa cinta pada manusia
(Amalan Dakwah Illallah)
Contoh Kasih Sayang Nabi dalam Dakwah :
1.             Sayangnya Nabi pada Abu Jahal pamannya yang sering menyakitinya tetapi Nabi SAW tetap mengunjunginya untuk mengajaknya kepada islam sebanyak 72 kali. Hingga turun perintah untuk menghentikan kunjungannya kepada Abu Jahal dari Allah ta’ala.
2.             Iqromnya Musa AS kepada Firaun sampai dia mendo’akan Firaun setiap mendapatkan musibah agar selamat. Dan perbuatan ini selalu dilakukan Nabi Musa AS hingga 9 kali musibah agar Firaun selamat. Walaupun Firaun berulang-ulang menipunya dengan janji mau masuk islam. Hingga Allah membuat keputusan untuk menghancurkan Firaun.
Allah berfirman dalam surat Al Ashr.
1.             Demi Masa / waktu Ashr
Maksudnya :
Allah bersumpah berarti bukan perkara kecil, dan kepastiannya adalah mutlak. Sumpahnya demi waktu ashr yang menunjukkan waktu dunia sudah menjelang senja mau habis waktunya.
2.             “Sesungguhnya seluruh manusia ini dalam kerugian”
Maksudnya :
Ini adalah keterangan mengenai keadaan manusia yang sesungguhnya.
3.             Kecuali 3 jenis manusia saja yang tidak merugi :
Orang beriman
Orang beramal sholeh ( bukan hanya dimulut saja )
Orang yang saling menasehati :
Dalam kebenaran / perkara yang Haq
→            La illaha Illallah
Dalam kesabaran
→            Bukti cinta yang Hakiki
Maksudnya adalah :
Ini adalah tingkatan manusia setelah beriman, maka untuk membuktikan Imannya dia akan beramal sholeh. Bukan iman dimulut saja tetapi pembuktiannya adalah dengan pengamalan. Setelah beramal selanjutnya diapun berdakwah. Dakwah yang seperti apa ? saling menasehati dalam perkara yang Haq yaitu mengajak orang kepada Allah ( La Illaha Illallah ). Dan saling menasehati dalam kesabaran. Kesabaran ini adalah bukti daripada cinta yang hakiki. Imam Hasan Al Basri mengatakan tidak ada kemuliaan yang lebih utama yang Allah berikan kepada seseorang melebihi sifat sabar. Apa itu sifat sabar ? contohnya adalah seorang ibu sedang menimang anaknya, lalu anaknya mengencingi dan memberaki ibunya. Si anak membalas kebaikan ibunya dangan keburukan, tetapi ibunya tetap sabar dan sayang kepada anaknya. Sedangkan sayangnya Allah ini, Nabi SAW bersabda mahfum :
“Kasih sayang Allah pada hambanya ini 70 kali melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya”
V.             Pengorbanan
Sudah menjadi kelebihan sahabat bahwa mereka mempunyai kekuatan untuk berkorban diluar batas kemampuan manusia biasa. Ini dikarenakan sahabat sudah menjadi manusia super dalam hal keimanan, ketawakkalan, dan pengorbanan. Bagaimana sahabat semua dididik agar bisa menghilangkan semua gantungan yang ada dan hanya bergantung pada Allah. sahabat diperintahkan untuk berhijrah agar mereka bisa merasakan keadaan dimana tidak ada tempat lagi untuk bergantung selain Allah Ta’ala saja. Yaitu dengan meninggalkan semua yang mereka cintai ketika hijrah. Allah telah buat keadaan untuk mereka agar berkorban habis-habisan sampai tidak ada lagi yang mereka bisa korbankan di jalan Allah. Sehingga pengorbanan mereka ini sampai pada level kesiapan menyerahkan segala yang mereka punya untuk membela agama Allah. Bagaimana Abu Bakar RA ketika berlomba dengan Umar RA dalam memberikan harta untuk di infakkan di jalan Allah, Abu Bakar RA telah berikan semua hartanya sampai tidak ada lagi yang tersisa dirumahnya bahkan untuk keluarganya sekalipun. Ada seorang sahabat karena ia tidak punya uang untuk di infakkan di jalan Allah akhirnya dia bekerja dan menerima upah 3 kurma : 1 kurma untuk keluarga, 1 kurma untuk dia, 1 kurma lagi diletakkan diatas hasil infak yang terkumpul untuk orang yang pergi di jalan Allah. Inilah pengorbanan sahabat RA demi ikut serta dalam pengorbanan untuk agama. Ada seorang sahabat karena miskin tidak ada yang bisa dikorbankan di jalan Allah akhirnya dia berdo’a pada Allah dengan menyedekahkan harga dirinya untuk agama Allah. Asbab do’anya ini maka Nabi SAW memanggil sahabat ini bahwa do’anya telah diterima oleh Allah Ta’ala. Inilah semangat sahabat dalam berkorban di jalan Allah. Dari 114.000 sahabat hanya sekitar ±14.000 sahabat yang meninggal di antara mekkah dan madinah, selebihnya meninggal di luar negeri di jalan Allah.
Abu Ayub Al Anshori adalah orang yang menerima Nabi SAW untuk tinggal di rumahnya ketika Beliau SAW hijrah ke madinah. Suatu ketika beliau hendak memenuhi takaza fissabillillah ke Turki, namun keadaan beliau ketika itu tidak memungkinkan. Ini dikarenakan beliau sudah berumur 92 tahun dan memiliki udzur untuk tidak pergi di jalan Allah. Anaknya ketika itu menginginkan agar ayahnya, Abu Ayub Al Anshari RA, untuk tidak ikut dan agar istirahat saja di rumah. Tapi apa kata Abu Ayub Al Anshori, “Mau saya juga begitu, tetapi kemauan Allah atas diri kita lain. Allah ingin kita keluar Fissabillillah di waktu senang dan susah, di waktu tua dan muda, kapan saja di butuhkan.” Lalu di tengah perjalanan ke turki dia menderita sakit keras. Dia berwasiat kepada anaknya agar menguburkan mayatnya di benteng turkey. Ketika ditanya kenapa, Beliau RA menjawab, “Saya ingin berjuang di jalan Allah baik dalam keadaan hidup maupun mati. Saya ingin tempat saya dikuburkan menjadi saksi saya di hadapan Allah bahwa saya mati dalam Fissabillillah.” Ketika beliau di kuburkan di Turki, terlihat ada selendang bercahaya keluar dari dalam kuburnya memancar hingga ke langit. Orang-orang kafir di turkey yang melihat hal itu terkesan hingga mereka masuk ke dalam Islam. Inilah sahabat cita-citanya adalah untuk mati di jalan Allah, bagaimana dengan kita ? Sehingga kematiannya pun masih bermanfaat bagi orang lain yaitu Allah jadikan dia sebagai asbab hidayah bagi manusia. Jangan mau ikut yang lain, ikut saja Nabi dan para sahabat yang jelas-jelas jaminan kesuksesannya dari Allah. Kita niatkan dalam diri kita bahwa kita ingin di bangkitkan bersama mereka.
Nabi SAW mendidik sahabat ini agar mereka menjadi manusia yang super pengorbanannya hingga hilang dari mereka sifat memiliki atau rasa memiliki sesuatu, bahwa segala sesuatu itu termasuk hidup saya ini adalah milik Allah. Demi agama saya Ikhlaskan Harta, Keluarga, dan diri saya, inilah pengorbanan sahabat. Pernah suatu ketika Abu Bakar RA sudah tidak memiliki apa-apa lagi, bahkan pakaian yang menutupi aurat sekalipun, asbab telah di sedekahkan dijalan Allah. Saat itu Nabi SAW pun risau atas kondisi Abu Bakar RA, lalu Nabi SAW mencari sahabat lainnya agar dapat memberikan baju kepada Abu Bakar RA. Ternyata sahabat RA yang lainnyapun juga dalam keadaan kondisi yang sama miskinnya seperti Abu Bakar, hanya mempunyai satu baju. Akhirnya Nabi SAW mendapatkan pakaian untuk abu bakar yang terbuat dari karung yang dijahit dengan kancing yang terbuat dari duri. Asbab ini Malaikat Jibril datang menghadap Nabi SAW untuk  menyampaikan salam Allah Ta’ala kepada Abu Bakar RA. Lalu Nabi SAW bertanya kepada Jibril mengapa Jibril AS datang dengan berpakaian dari karung seperti pakaian yang dikenakan Abu Bakar RA.  Jibril AS menjawab bahwa  pada saat ini Allah telah perintahkan kepada seluruh penduduk langit untuk berpakaian seperti Abu Bakar RA. Sahabat sudah mampu menghilangkan rasa memiliki bahkan terhadap nyawanya sendiri sekalipun, bahwa semuanya ini milik Allah, tidak bisa dimiliki atau disimpan buat diri mereka.
Surga – Ridho Allah – Amal Agama – Iman – Hidayah – Pengorbanan :
à Surga ini dikelilingi oleh Ridho Allah. Sedangkan Ridho Allah ada pada Amal Agama. Sedangkan untuk bisa membuat Amal Agama dibutuhkan Iman agar kita bisa  mengamalkannya. Iman ini akan datang jika ada Hidayah dari Allah Ta’ala. Syarat Hidayah turun jika ada pengorbanan. Pengorbanan seperti apa ? yaitu pengorbanan untuk membuat usaha atas hidayah Allah. Kefahaman terhadap agama akan meningkat seiring dengan bertambahnya pengorbanan. Kefahaman ini datangnya dari Allah, Allah yang memberikan kefahaman kepada kita, tergantung pada pengorbanan kita. Nabi SAW tidak punya madrasah atau pesantren, mau faham Agama keluar dijalan Allah. Ini resep dari Nabi yaitu dengan mengajak sahabat untuk berkorban dengan jiwa dan harta di jalan Allah. Penyakit yang datang jika manusia tidak mau berkorban adalah Penyakit Wahan yaitu Hubbud ( Cinta ) Dunia dan Takut Mati.
Hadits Nabi SAW mengenai fadhilah berkorban di jalan Allah, mahfum :
Mahluk-mahluk di laut, di darat, dan dilangit akan mendoakan ampunan serta rahmat untuk kita ketika kita keluar dijalan Allah.
Seluruh amal yang kita kerjakan akan dikalikan 700.000 kali pahalanya, lalu dikali lagi 70 bagi yang sudah menikah sehingga totalnya 49.000.000 kali. Sedangkan 1 dzikir La Illaha Illallahu wah dahu La syarikala Ahadan Somadan Lam Yalid Walam Yulad Walam Yakullahu Kuffuan Ahad di ucapkan di pasar bernilai 2.000.000 pahala, bagaimana jika diucapkan ketika kita keluar dijalan Allah. 1 pahala saja Allah kasih 10 kali lipat lebih luas dari pada langit dan bumi tempatnya.
Allah akan mengirimkan ribuan malaikat untuk menjaga kita dan keluarga kita selama kita keluar di jalan Allah.
Suatu ketika Aisyah R.ha merasa beuntung karena Nabinya Allah ada bersama dia R.ha. Tetapi apa kata Nabi SAW kepada Aisyah R.aha, “Sesungguhnya lebih beruntung lagi istri yang ditinggalkan suaminya keluar dijalan Allah, karena Allahnya Nabi bersama mereka.”
Lebih tinggi nilainya dibanding sholat dibelakang Imamul Anbiya yaitu Nabi SAW, di hari syahidul ayyam atau Imamnya hari yaitu hari Jum’at, di tempat yang paling mulia yaitu mesjid Nabawi Madinah. Inilah yang dilakukan Abdullah bin rawahah R.A ketika diperintahkan oleh Nabi untuk keluar dia menundanya karena ingin sholat dibelakang Nabi SAW pada hari Jum’at. Lalu apa kata Nabi kepadanya, “Kamu sudah tertinggal 500 tahun perjalanan dengan rombongan yang keluar dijalan Allah.”
Doa orang keluar di jalan Allah lebih ijabah dibanding do’a orang yang berdoa di masjidil Haram didepan Hajar Aswat pada malam Laitul Qadar.
Sahabat bertanya “Adakah pahala yang leibih tinggi dari pahala orang yang keluar di jalan Allah.” Nabi SAW menjawab, “Tidak ada” kalaupun ada kalian tidak akan dapat melakukannya. “Mampukah kalian sholat sepanjang malam tiap hari, baca quran sepanjang malam tiap hari, berdziki sepanjang malamr tiap hari tidak berhenti tanpa tidur sampai orang tersebut kembali dari keluar dijalan Allah. Itupun kalau kamu mampu melakukannya masih lebih  tinggi nilainya orang yang keluar dijalan Allah.”
Kisah Nabi :
Nabi Musa AS Allah perintahkan keluar di jalan Allah untuk menyampaikan Agama kepada Fir’aun Laknatullah Alaih.
Nabi Muhammad SAW pergi di jalan Allah ke Thoif untuk menyampaikan Agama Allah
Kisah Sahabat :
Ada seorang Sahabat tidak dapat tidur sebelum melihat Nabi SAW karena sangking cintanya dia kepada Nabi SAW. Sahabat rela mengorbankan anak, istri, harta, dan keluarga jika itu menjauhkan mereka dari Nabi SAW. Tetapi Demi Agama Allah para Sahabat rela meninggalkan Nabi yang mereka cintai demi tegaknya Agama dan pergi dijalan Allah. Seperti Muadz Bin Jabal RA ketika diperintahkan Nabi untuk berdakwah di Yaman dan Nabi berkata kepadanya ini yang terakhir kali engkau akan bertemu denganku. Walaupun Muadz sedih luar biasa mendengarkan kabar tersebut dari Nabi SAW. Namun Muadz tetap pergi meninggalkan orang yang paling dicintainya yaitu Nabi SAW. Untuk menunjukkan derajat orang yang pergi di jalan Allah, Nabi rela memegang Kuda Muadz RA sementara Muadz dikudanya berjalan sampai keluar kota madinah. Muadz berkata, “Ya Nabiullah engkau adalah Nabinya Allah sungguh tidak pantas engkau berjalan mengantarkan Aku sementara aku duduk di kudaku.” Lalu apa kata Nabi SAW, “Aku ingin orang-orang melihat bagaimana nilainya orang yang keluar dijalan Allah.” Bahkan nabipun rela berjalan dibawah orang yang menunggang kuda untuk keluar dijalan Allah.
Para Sahabat RA sangat faham atas nilai orang yang pergi dijalan Allah sehingga ada sahabat yang baru menikah belum sempat mandi junub langsung pergi di jalan Allah setelah mendengar panggilan takaza keluar di jalan Allah lalu syahid.
Ada sahabat yang seharusnya menikah karena diperintahkan oleh Nabi SAW, akhirnya membatalkan pernikahannya karena mendengar panggilan pergi Jihad dijalan Allah. Dia sengaja mendaftar untuk juhad dengan cara menyamar, karena takut dilarang oleh nabi untuk tidak keluar di jalan Allah. Allah berikan kepada sahabat RA ini syahid dijalan Allah.
Ada seorang anak Sahabat mencari ayahnya yang baru saja syahid karena pergi jihad di jalan Allah, dan Ibunyapun juga sudah meninggal di jalan Allah. Sehingga Nabi SAW bertanya kepadanya, “Maukah kamu menjadikan Aku sebagai Ayahmu, dan Aisyah sebagai Ibumu dan Fatimah sebagai Kakakmu.” Inilah nilai pengorbanan dimata Nabi SAW sampai-sampai beliau menawarkan keluarganya menjadi keluarga anak itu. Inilah pengorbanan Sahabat agar kita semua dapat memeluk Islam dan masuk kedalam Surganya Allah. Tetapi lihat kondisi kita kini, bagaimana kita akan memberikan alasan kita kepada mereka nanti di akherat ketika kita akan bertemu mereka.
Ayat Qur’an :
“ Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (47 :7)
“ Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari Adzab yang pedih ? yaitu kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihadlah dijalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu kedalam Surga…”(61:10-12)
“Apakah Kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” ( 3:142)
“Katakanlah : “Jika Bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiaannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalh lebih kamu cintai dari pada Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggu sampai Allah mendatangkan keputusanNya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”( 9 : 24 )
VI.             Sabar
Ulama dari generasi Tabi’in, Hasan Basri Rah.A berkata bahwa :
“Tidak ada kemuliaan yang lebih besar yang Allah berikan kepada seseorang, melebihi sifat Shabar.”
Menurut Hujatul Islam, Imam Al Ghazali :
“Shabar adalah tetap tegaknya dorongan agama ketika berhadapan dengan dorongan nafsu.”
Jadi barangsiapa yang tetap tegak bertahan dalam mempertahankan agama atau perintah-perintah Allah sehingga dia bisa menundukkan hawa nafsunya secara terus menerus, maka orang tersebut termasuk orang yang sabar. Sahabat bertanya siapa itu orang sabar, lalu Nabi SAW menjawab mahfum :
“Orang yang tidak suka mengeluh dan mengadu kepada yang lain.”
Sabar itu ada 5 :
Asshobru fil ibadat : Sabar dalam beribadat
Asshobru indal mushibah : Sabar dari musibah
Asshobru anid Dunya : Sabar terhadap keduniaan dan tipu dayanya
Asshobru anil Maksiat : Sabar dari keinginan melakukan maksiat
Asshobru fil Jihad : Sabar dalam perjuangan
Untuk bisa meningkatkan derajat disisi Allah menjadi yang lebih tinggi lagi diperlukan ketahanan dan kesabaran. Ini karena tanda sayangnya Allah pada seorang hamba maka Allah akan datangkan banyak cobaan-cobaan kepadanya. Siapa yang Allah paling cintai dari hambanya ? yaitu Nabi Muhammad SAW. Siapa manusia yang paling banyak cobaan dan kesusahannya ? tidak ada satu mahlukpun yang cobaannya dan kesusahannya melebihi Nabi Muhammad SAW. Padahal Nabi SAW adalah orang yang paling Allah cintai, tetapi paling banyak susah dan paling banyak di uji oleh Allah. Ini karena derajat Nabi SAW ini naik disisi Allah asbab pengorbanannya dan ujiannya.
Maksud daripada ujian ini adalah bukannya untuk menyusahkan kita tetapi untuk menaikkan derajat kita. Sebagaimana dikantor kalau ingin menaikkan jabatan seseorang diberikan ujian tujuannya bukan untuk menyusahkan tetapi untuk menaikkan derajat atau pangkat dia. Diberikan ujian kepadanya, kalau dia lulus baru dinaikkan derajatnya atau statusnya. Jadi tujuan daripada ujian tersebut bukan maksudnya untuk menyusahkan. Begitu juga jika datang kepada kita kesusahan-kesusahan dan kesulitan-kesulitan, maksud Allah bukan untuk menyusahkan kita tetapi Allah ingin mengangkat atau menaikkan derajat atau maqom kita. Kepada orang-orang yang menjalankan usaha agama ini akan datang berbagai macam ujian dan berbagai macam kesusahan kepada kita. Tetapi maksud utamanya adalah bukan untuk menyusahkan kita, melainkan untuk menaikkan derajat kita. Dengan kesusahan dan kesulitan, Allah inginkan kita menjadi orang yang sabar dan tahammul, bukan orang yang mudah putus asa.
Dengan kesulitan dan kesusahan, seseorang dapat menjadi manusia yang lebih baik asal dia punya kesabaran. Namun jika dia menyerah, berputus asa dari rahmat Allah,  ketika diberi ujian atau cobaan maka dia akan kehilangan segalanya. Ini disebabkan ketika dia menyerah maka berhentilah apa yang diusahakannya, tidak ada usaha, yang ada hanya kemunduran atau kehancuran. Seperti seorang ilmuwan yang sedang berusaha menemukan alat atau mesin. Ketika dia gagal dan putus asa, maka seluruh usaha yang dia curahkan selama ini akan sia-sia saja dan mesin itu akan hancur jika tidak diusahakan. Namun jika dia sabar dan tahan uji, maka dia akan berfikir terus untuk memperbaiki keadaan, memperbaiki kesalahannya, dan terus berusaha atas penemuan mesinnya itu, hingga sukses. Inilah yang namanya peningkatan kualitas, yaitu ketika seseorang belajar dari pengalaman untuk menjadi yang lebih baik. Dengan kesusahan dan kesulitan, manusia ini akan berfikir dan akan meningkatkan kemampuannya menjadi manusia yang lebih baik agar dia tidak melakukan kesalahan yang sama. Tetapi jika manusia ini senang melulu dia akan lalai, lengah, tidak waspada, dan tidak akan mampu untuk berpikir karena tidak pernah susah. Jadi kesulitan dan kesusahan ini dengan kesabaran dapat meningkatkan qualitas dan mutu daripada manusia itu sendiri. Kesabaran menghadapi kesulitan dan kesusahan karena agama Allah inilah yang dinamakan Pengalaman Iman. Inilah maksudnya yang dikatakan dalam suatu riwayat bahwa Allah menyukai orang beriman yang kuat bukan yang lemah. Dia kuat dalam arti sabar dan tahan uji, bukan orang beriman yang lemah dan mudah putus asa dari rahmat Allah.
Sabar ini adalah salah satu daripada sifat Allah, As Shabur. Jadi Allahpun menghendaki kita agar mempunyai sifat sabar, sehingga datanglah kepada kita bermacam-macam ujian. Allah ingin melihat kalau kita tetap istiqomah dalam taat kepada Allah. Jika orang itu mampu istiqomah taat kepada Allah dalam keadaan apapun baru orang itu dapat dikatakan sabar. Yang dikatakan sabar itu bukanlah orang yang tenang tidak dalam keadaan tidak ada apa-apa, maksudnya tidak ada kesulitan dan tidak ada ujian atas nafsu. Seorang suami berkelakar, “Istri saya ini sabar sekali, kalau bulan muda (baru gajian), tetapi kalau sudah bulan tua ( belum gajian ) sudah tidak sabar lagi.“ Istri ini kalau bulan muda masih ada gaji atau uang yang cukup untuk keperluan dan kebutuhan, dia bisa tenang saja menunggu, tetapi ini bukanlah yang namanya sabar. Sabar itu bila ada kesusahan tidak berubah taatnya kepada Allah, tidak berubah daripada sifatnya, tetap mampu menjaga daripada sifat-sifat yang baik.
Namun pertanyaannya bagaimana mendapatkan sifat sabar ini ? Sifat-sifat tinggi atau yang mulia ini akan datang melalui keadaan yang bertentangan dengan nafsu atau dalam keadaan yang mujahaddah. Bagaimana kita mengetahui diri kita Sabar sebelum kita bertemu dengan orang pemarah ? Bagaimana kita bisa dapat sifat Tawakkal kepada Allah sebelum kita mendapatkan keadaan dimana kita tidak bisa lari kepada siapapun selain kepada Allah ? Begitu juga sifat-sifat mulia  yang lain ini akan datang atau wujud dalam diri kita melalui cobaan-cobaan dalam keadaan-keadaan yang bertentangan dengan nafsu kita atau mujahaddah atas nafsu.
Jadi datangnya kesusahan-kesusahan kepada kita bukanlah maksudnya untuk menyusahkan kita, tetapi untuk menaikkan derajat kita supaya sifat kita menjadi sifat khalifah dan tetap menjaga ketaatan kepada Allah Ta’ala. Kadang-kadang Allah datangkan keadaan kepada kita dimana ada orang datang menyalahkan, menuduh, dan memarahi kita, padahal kita tidak berbuat salah, bahkan telah berbuat kebaikan kepada orang yang marah tersebut. Inipun jangan lantas kita salahkan orang itu, tetapi yang harus kita ingat adalah apa maksud Allah dibalik keadaan yang telah Allah berikan ini kepada saya. Apa maksud Allah merubah sikap orang itu berbuat buruk kepada kita ? inilah yang justru harus kita fikirkan, karena kita harus cari tahu apa kehendak-kehendak Allah atas diri kita saat itu. Kata ulama kalau ada orang berbuat salah kepada kita, maksud Allah bukan untuk menyusahkan kita tetapi ingin datangkan kepada kita sifat Pemaaf. Ini karena sifat pemaaf ini adalah datang daripada sifatNya Allah. Ini sifat tidak akan datang kepada kita jika tidak ada orang berbuat salah kepada kita. Kalau orang selalu berbuat baik kepada kita, tidak pernah berbuat salah kepada kita, maka tidak akan datang atau tidak akan ada sifat pemaaf pada kita. Sifat Pemaaf ini adalah salah satu sifat yang disukai Allah Ta’ala. Demikianlah juga para Nabi, walaupun mereka-mereka ini adalah orang-orang yang tidak berbuat salah, tetapi kaumnya berbuat berbagai macam keburukan dan kedzoliman kepada para Nabi mereka. Namun para Nabi ini memiliki sifat pemaaf, memaafkan daripada kesalahan kaumnya, bukan meminta dihancurkan. Bahkan para Nabi ini memohon kepada Allah agar sikap-sikap mereka itu dimaafkan, walaupun mereka telah dizolimi oleh kaumnya.
Seorang Arab bertanya kepada Ulama yang memberikan ceramah di mekkah, buat apa mereka itu dijadikan orang-orang yang menentang kepada agama seperti Firaun, Qorun, Hamman, Namrud, dan lain-lain. Kata dia lebih baik orang yang macam itu tidak usah diciptakan oleh Allah, suapaya para Nabi ini lancar, dan usaha agama ini lancar. Buat apa diciptakan orang macam mereka itu. Lalu ulama ini menjawab dengan bijak, “Wahai saudara, adakah saudara mengetahui telur ayam ?” lalu jawab si arab tersebut, “Ya, saya mengetahui telur ayam.” Lalu si ulama ini bertanya lagi, “Kalau telur ayam itu dipecah terdiri daripada apa ? Telur ayam itu terdiri daripada kulit telur, putih telur, dan kuning telur. Kalau telur ayam itu menetas yang menjadi anak ayam itu adalah dari kuning telur dan putih telur. Kulit telor itu tidak akan bisa berubah menjadi anak ayam jika dipecah. Kalau telor tadi dimakan, digoreng maksudnya, itupun yang dimakan oleh manusia itu hanya kuning telur dan putih telur, tetapi kulit telor ini tidak dimakan. Jadi Kulit telor ini tidak bisa jadi anak ayam dan tidak bisa pula untuk dimakan. Kalau kita bertanya kepada Allah buat apa kulit telur itu diciptakan, tidak bisa dimakan dan tidak pula bisa jadi anak ayam. Tentu jawabannya telor tidak akan jadi anak ayam kalau tidak ada kulitnya. Dan telor tidak akan bisa dimakan kalau keluar daripada pantat ayam tanpa kulitnya, tidak ada yang mau memakannya. Ini karena isi telor tadi keluar tanpa kulit telur, sehingga menjadi najis. Jadi putih telur dan kuning telur ini akan bermanfaat jika ada kulit telur.”  Begitu pula orang-orang yang berbuat salah kepada kita, yang menguji, atau para penentang agama, ini seperti kulit telur atas telor. Untuk menetaskan orang menjadi penyabar, menjadi pemaaf, menjadi beriman, adalah karena adanya orang-orang yang menentang kepada usaha agama ini. Jadi sebetulnya yang menaikkan derajat Nabi Musa AS, sampai kepada derajat Nabi yang Ulul Azmi ( 5 Nabi yang paling Mulia ), ini dikarenakan adanya tantangan daripada Firaun. Naiknya derajat Rasullullah SAW sampai kepada derajat Ulul Azmi dan derajat Sayyidul Anbiya karena penentangan daripada Abu Jahal, Abu Lahab, dan lain-lain.
Orang yang tahu akan hakekat Sabar dalam Mujahaddah ini, diceritakan dalam sebuah kitab, seorang syekh dipukuli sampai babak belur oleh seorang muridnya, padahal dia tidak bersalah. Tetapi Si syekh itu malah berdo’a, “Ya Allah ampuni muridku itu dan masukkan dia kedalam surgaMu.” Orangpun heran mengapa si syekh ini masih mau mendo’akan kebaikan untuk orang macam itu. Lalu si Syekh ini berkata bahwa dialah yang telah menaikkan derajatku menjadi sabar, supaya menjadi pemaaf, makanya aku berterima kasih kepada dia dengan mendo’akannya. Orang-orang yang faham akan hal ini, ketika mendapatkan kesulitan dalam menjalankan usaha agama ini, merupakan suatu anugrah, karunia, suatu nikmat yang besar dari Allah Ta’ala. Namun kita tidak boleh meminta didatangkan kesusahan karena setiap orang pasti diuji oleh Allah dengan kesusahan dan kesulitan. Nanti Allahlah yang menentukan waktu dan kadar daripada cobaan tersebut.
VII.             Yakin yang Betul pada Allah
Iman itu adalah :  Putus Hubungan dengan Mahluk hanya bergantung pada Allah Ta’ala. Jangan sampai tertipu dan jangan sampai salah bergantung. Hanya Allah yang bisa selain Allah tidak bisa apa-apa.
Allah berfirman :
“ Allah pencipta langit dan bumi, dan bila dia berkehendak untuk menciptakan sesuatu, maka cukuplah Dia hanya mengatakan kepadanya : “Kun / Jadilah”. Maka terjadilah. ” ( 2 : 117 )
“Hai Manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak akan dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemahlah yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”( 22 : 73-74)
Hadits Nabi SAW :
Nabi SAW memberi nasehat kepada Ibnu Abbas RA, beliau SAW bersabda, “Wahai pamanku, jika seluruh manusia berkumpul dan hendak memberi manfaat kepadamu selain dari apa yang Allah telah tetapkan niscaya mereka tidak akan dapat melakukannya. Begitu juga jika seluruh manusia berkumpul dan hendak memberikan Mudharat kepadamu selain dari apa yang Allah telah tetapkan, niscaya mereka tidak akan dapat melakukannya. Tinta telah kering dan Pena telah diangkat.”
Nabi bersabda, bahwasanya Allah berfirman, “Wahai hamba-hambaku sesungguhnya kalian ini lapar kecuali yang aku beri makan, maka mintalah makan kepadaKu niscaya Aku akan memberikanmu makan, Wahai hamba-hambaKu sesungguhnya kalian ini telanjang kecuali yang aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepadaKu niscaya akan Aku berikan kepadamu pakain, wahai hamba-hambaKu sesungguhnya kalian ini buta kecuali yang aku beri petunjuk maka mintalah petunjuk kepadaKu niscaya akan memberimu petunjuk. Wahai hamba-hambaku sesungguhnya kalian ini banyak berbuat dosa siang dan malam tetapi Aku Maha Pengampun maka mintalah ampunan kepadaKu niscaya akan Aku ampuni dosamu walaupun dosamu seluas langit dan bumi. Wahai hamba-hambaKu sesungguhnya apapun yang kamu lakukan tidak akan ada gunanya untukKu. Jika kamu bertaqwa kepadaku setaqwa-taqwanya mahluk niscaya itu tidak akan menambah kekayaan dan kekuasaanku. Jika kamu durhaka sedurhaka-durhakanya mahluk niscaya itu tidak akan mengurangi kekayaan dan kekuasaanKu. Jika seluruh mahluk dikumpulkan dari jin, manusia, hingga malaikat di suatu tempat dari zaman nabi adam AS hingga Akhir kiamat lalu mereka meminta permohonan yang berbeda-beda dan Aku mengabulkannya, maka itu tidak akan mengurangi Khazanah KekayaanKu melainkan hanya bagaikan satu tetes air dilautan.”
Kisah Tabi’in :
Uwais Al Qarni adalah seorang Tabi’in yang terbaik diantara tabi’in menurut para tabi’in. Ketika dia pergi naik kapal ditengah perjalanan kapalnya akan tenggelam, tetapi dia tenang-tenang saja. Ketika itu ia keluar dari kapal dan berjalan diatas air. Orang-orang bertanya bagaimana dia bisa melakukan itu. Dia menjawab kalian bergantung pada kapal sehingga kalian ikut tenggelam dengan kapal. Lalu Uwais Al Qarni berkata, “sekarang keluarlah kalian dan ucapkan ‘Bismillah’ !” Lalu keluarlah orang-orang itu dan berjalan di atas air. Makna dari Bismillah disini adalah memutuskan hubungan dengan mahluk dan hanya bergantung pada Allah.
Kisah Waliullah :
Seseorang murid Syekh Abdul Qadir Jaelani, bertanya kepada beliau tentang “Apa itu Iman ?” mendengar ini syekh mengajak muridnya untuk pergi berlayar. Ditengah lautan tiba-tiba syekh mendorong muridnya hingga tercebur ke laut lalu meninggalkannya. Muridnya teriak-teriak memanggil gurunya minta tolong hingga gurunya hilang dalam kabut. Lalu si Murid, berdo’a, “Ya Allah kini saya tidak punya siapa-siapa kepadamulah saat ini aku bergantung dan memohon pertolongan.” Maka ketika itu tiba-tiba gurunya muncul dari kabut dan berkata, “Sekarang kamu sudah mengerti arti dari hakekat Iman.”
Kisah Tabi’in :
Seorang tabi’in ketika seseorang datang kepadanya, “Wahai Syekh, saya dapat kabar bahwa kapal dagangmu tenggelam.” Lalu si Syekh itu diam saja dan memandang ke arah hatinya, lalu mengucapkan “Alhamdulillah”. Setelah berapa lama kemudian orang yang sama itu datang lagi dan berkata, “Wahai Syekh ternyata yang tenggelam bukan kapalmu.” Si syekh kembali memandang ke arah hatinya, lalu berkata, “Alhamdullillah”. Maka si orang itu bertanya kenapa dia mengucapkan Alhamdullillah ketika kapalnya dinyatakan tenggelam dan mengucapkan hal yang sama ketika bukan kapalnya yang tenggelam. Si Syekh itu berkata, “Itu karena ketika saya mendengar berita tersebut saya lihat hatiku apakah Imanku terkesan terhadap keadaan yang Allah kasih. Ternyata Imanku tidak terganggu ketika aku mendengar Kapalku tenggelam dan ketika mendengar Kapalku baik-baik saja.” Maksudnya Imannya sudah tidak terkesan pada kebendaan, putus hubungan dengan mahluk hanya bergantung pada Allah.
Kisah Sahabat :
Suatu ketika Khalid bin Walid RA ditantang oleh seorang Yahudi untuk meminum racun jika ia memang Yakin pada Tuhannya, bahwa mati itu Allah yang menentukan. Lalu seketika itu juga tanpa berpikir dua kali Khalid RA meminum Racun itu. Ketika itu Khalid RA tetap hidup bahkan penyakit yang dideritanya hilang asbab racun tersebut. Inilah keyakinan para Sahabat.
Kisah Nabi SAW :
Ketika Nabi SAW beristirahat dibawah pohon datanglah seseorang hendak membunuh Nabi SAW dengan meletakkan pedangnya dileher Nabi SAW. Lalu orang itu berkata, “Siapa yang akan menolongmu ?” lalu Nabi SAW berkata, “Allah” seketika itu juga pedang orang tersebut terjatuh lalu diambil oleh Nabi SAW dan diletakkan dileher orang itu dan berkata, “Sekarang siapa yang akan menolongmu ?” seteleh orang tersebut memohon belas kasihan kepada Nabi SAW akhirnya orang tersebut dibebaskan oleh Nabi SAW
Kisah Musa AS di bukit Thursina :
Ketika Musa AS ditanya oleh Allah apakah kegunaan tongkatmu itu. Lalu Musa menjawab manfaat yang dia dapatkan dari tongkatnya seperti untuk mengembala kambing, mengambil buah-buahan, dan mengusir binatang buas. Lalu Allah Ta’ala berfirman, “Wahai Musa sekarang lemparlah tongkatmu.” Setelah Musa AS melempar tongkatnya tiba-tiba tongkat yang dapat memberikan manfaat kepada Musa menjadi Ular besar. Musa AS lari ketakutan karena kini tongkat yang bermanfaat telah menjadi Ular yang membawa Mudharat buat Musa AS. Tapi ketika itu Allah Ta’ala memerintahkan Musa untuk mengambil ular itu dari mulutnya. Karena ini perintah Allah, maka Musa AS dengan rasa takut diambillah ular itu dari mulutnya. Dengan Kekuasaan Allah tiba-tiba Ular besar yang dapat memberi Mudharat kepada Musa AS berubah menjadi tongkat kembali. Tarbiyah yang hendak Allah berikan kepada Musa AS adalah bahwa Manfaat dan Mudharat itu datangnya dari Allah. Allah dapat mengubah sesuatu yang dapat mendatangkan manfaat bagi manusia menjadi mendatangkan mudharat. Begitu juga Allah dapat mengubah sesuatu yang dapat mendatangkan mudharat bagi manusia menjadi bermanfaat. Manfaat dan Mudharat berubah-ubah atas kehendak Allah, dan Allah yang mengatur.
Kisah Nabi Ibrahim AS :
Ketika Ibrahim AS hendak dilemparkan kedalam Bara Api yang besar oleh Raja Namrud Laknatullah Alaih. Para Malaikat datang setelah meminta izin kepada Allah untuk membantu Ibrahim AS. Tetapi Ibrahim AS menolak bantuan dari Malaikat, dan hanya mengharapkan bantuan dari Allah. Mahluk tak bisa buat apa-apa tanpa seizin Allah.  Maka ketika Ibrahim AS dilempar ke dalam Api, Allah perintahkan Api jadi adem menyelamatkan bagi Ibrahim AS, padahal talinya yang mengikat Ibrahim AS sempat terbakar namun Ibrahim AS tidak apa-apa. Allah ciptakan Api dan sifat panas pada Api ini adalah Allah yang berikan. Oleh karena itu Sifat panas pada Api tidaklah Mutlak, Allah dapat mengambil sifat panas pada Api dan merubahnya tergantung KehendakNya. Jangan sampai salah bergantung, hanya Allah yang bisa selain Allah tidak bisa apa-apa.
Kisah Nabi Nuh AS :
Ketika Allah Ta’ala beritakan kepada Nuh AS bahwa akan datang banjir besar yang akan keluar dari pembakaran roti milikmu. Nuh AS percaya saja, dia langsung taat pada perintah Allah dan lalu membuat kapal besar diatas bukit. Beda dengan anaknya yang Nuh AS telah beritakan kepadanya tentang banjir, anaknya berkata, “Jika Banjir itu datang saya akan lari ke atas gunung.” Anak Nuh AS bergantung pada gunung untuk selamat dari banjir. Tetapi apa yang terjadi ketika Banjir itu datang, gunungpun ditelan oleh banjir tersebut. Sedangkan Nuh AS selamat karena ikut perintah Allah Ta’ala. Jangan sampai salah bergantung, hanya Allah yang bisa selain Allah tidak bisa apa-apa.
Kisah Nabi Yusuf AS :
Ketika Yusuf AS diceburkan oleh abang-abangnya kedalam sumur, Yusuf AS berdoa kepada Allah memohon pertolongan, maka ketika itu datanglah pertolongan Allah melalui musafir yang menolong Yusuf AS dari sumur. Tetapi ketika Yusuf AS dipenjara, dia meminta tolong kepada kepada orang yang akan keluar dari penjara untuk memberi tahu kepada Raja bahwa dia, Yusuf AS, tidak bersalah. Karena Nabi Yusuf AS salah bergantung ketika itu, dia bergantung pada orang lain, maka Allah buat orang yang keluar dari penjara itu lupa atas pesan Yusuf AS. Lalu Allah biarkan Yusuf AS berada dalam penjara selama 8 tahun lamanya tanpa pertolongan. Jangan sampai tertipu dan jangan sampai Salah bergantung, hanya Allah yang bisa selain Allah tidak bisa apa-apa.
Kisah Nabi Musa AS :
Ketika Musa AS membawa Bani Israil keluar dari Mesir dibelakang tentara Firaun mengejar siap menghancurkan Musa AS dan Bani Israil, sedangkan didepannya ada laut. Musa AS dan Bani Israil tidak bisa kemana-mana. Lalu Bani Israil berkata kepada Musa AS, “Wahai Musa kita tidak bisa kemana-mana, hancurlah kita sekarang.”  Tapi apa kata Musa AS, “Tenang, Allah bersamaku.” Lalu Allah perintahkan Musa untuk memukul tongkat ke laut, Musa langsung percaya dan lakukan perintah Allah tanpa pikir-pikir lagi. Padahal menurut logika buat apa tongkat dipukul ke laut padahal kalau dipukul ke kepala Firaun lebih berguna. Inilah perintah Allah yang kadang-kadang tidak masuk diakal dan tidak bisa dilogikakan. Hari ini banyak perintah Allah kita akal-akalin makanya kita susah. Sedangkan Musa AS setelah memukul tongkatnya Laut terbelah menjadi 12 jalan buat Musa AS. Masalah selesai sedangkan Firaun tenggelam dalam lautan yang sama yang menyelamatkan Musa AS. Jangan sampai Tertipu dan jangan sampai Salah bergantung, Hanya Allah yang bisa selain Allah tidak bisa apa-apa.
Usaha atas Nafi Itsbat ( Meniadakan yang lain dan hanya membenarkan Allah ) :
Meyakini Kekusaan Allah ada yang :
1.             Dengan Asbab (Sunnatullah) :
menciptakan manusia hasil dari perkawinan manusia
2.             Tanpa Asbab           :
menciptakan manusia tanpa ibu dan bapak seperti Adam AS
3.             Berlawanan Asbab :
menciptakan manusia bertentangan dengan asbab, Isa AS lahir dari ibu yang suci, onta nabi sholeh yang lahir dari batu, tongkat nabi Musa AS menjadi ular.
Meyakini bahwa :
1.             Allah Khaliq             :               Allah yang menciptakan
2.             Allah Malik              :               Allah yang memelihara ciptaannya
3.             Allah Razieq            :               Allah pula yang menjamin Rizki CiptaanNya
Meyakini bahwa :
1.             Mahluk itu adalah ciptaan Allah
2.             Sifat pada mahluk ini Allah yang memberikan
3.             Allah kuasa merubah sifat pada mahluk
4.             Sifat pada mahluk hanya setetes sifat di dalam khazanah Allah
Contoh :
Api itu adalah mahluk Allah. Sifat panas pada Api adalah Allah yang memberikan. Allah kuasa merubah sifat panas pada Api seperti Apinya Nabi Ibrahim AS yang menjadi sejuk. Sifat yang ada pada Api ini dibanding dengan sifat-sifat yang masih ada dalam khazanah Allah hanya seperti satu tetes air di lautan.
Meyakini bahwa :
1.             Allah mampu memberikan manfaat dengan mahluk
2.             Mahluk tidak bisa berikan manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah
3.             Allah tidak berhajat pada mahluk, tetapi mahluk berhajat pada Allah
4.             Allah mampu memberikan manfaat dengan mahluk / tanpa mahluk
contoh     :
“ Allah dapat menyembuhkan penyakit dengan obat. Obat tidak bisa menyembuhkan penyakit tanpa izin dari Allah. Obat adalah mahluk, dan mahluk tetap mahluk. Allah tidak berhajat pada mahluk tetapi mahluk berhajat pada Allah. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat tanpa izin dari Allah. Obat dapat menyembuhkan penyakit karena ada izin dari Allah. Tetapi Allah tidak memerlukan obat dalam menyembuhkan penyakit. Allah berkuasa menyembuhkan penyakit tanpa obat.”
“ Allah dapat menghilangkan haus dengan air. Namun Air tidak bisa menghilangkan haus tanpa izin dari Allah. Air adalah mahluk, dan mahluk tetap mahluk. Allah tidak berhajat pada mahluk tetapi mahluk yang berhajat pada Allah. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat tanpa izin dari Allah. Air dapat menghilangkan haus karena ada izin dari Allah. Allah mampu menghilangkan haus tanpa air.”
“ Allah mampu menggunakan Api untuk membakar. Tetapi Api tidak bisa membakar tanpa izin dari Allah. Api adalah mahluk, dan mahluk tetap mahluk. Allah tidak berhajat pada mahluk tetapi mahluk berhajat pada Allah. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat tanpa izin dari Allah. Api dapat membakar karena ada izin dari Allah. Allah berkuasa membakar tanpa api.”
Meyakini bahwa :
1.             Mahluk tidak bisa, Allahlah yang melakukannya
2.             Mahluk berhajat pada Allah, Allah SWT tidak berhajat pada mahluk
3.             Allah berkehendak dengan mahluk & tanpa mahluk sama saja
4.             La illaha Illallah
Contoh :
“Api tidak bisa membakar, Allah yang membakar. Api untuk membakar berhajat pada Allah. Allah membakar tidak berhajat pada api. Jika Allah berkehendak Allah bisa membakar dengan api, jika Allah berkehendak Allah bisa membakar tanpa Api. La Illaha Illallah.”
“Pesawat tidak bisa mengantar manusia, Allahlah yang mengantar manusia. Pesawat untuk bisa mengantar manusia berhajat pada Allah. Allah untuk mengantar manusia tidak berhajat pada pesawat. Jika Allah berkehendak Allah bisa mengantar manusia dengan pesawat, jika Allah berkehendak Allah bisa mengantar manusia tanpa pesawat. La Illaha Illallah”
“Air tidak bisa menghilangkan haus, Allah yang menghilangkan haus. Air menghilangkan haus berhajat pada Allah. Allah menghilangkan haus tidak berhajat pada air. Jika Allah bekehendak Allah bisa menghilangkan haus dengan air, jika Allah berkehendak Allah bisa menghilangkan haus tanpa air.”
Menemukan Cinta Allah Azza wa Jalla :
Orang yang bisa menemukan ketenangan di dunia ini adalah orang yang bisa menemukan cinta Allah kepadanya. Seperti cinta orang tua kepada anaknya, menyebabkan apapun yang diminta oleh anaknya akan diberikan oleh orang tuanya. Jika si anak mendapatkan masalah maka orang tuanya akan menolongnya. Begitu juga jika Allah sudah mencintai hambanya maka Allah akan memberikan apa yang hambanya minta dan Allah akan memberikannya jalan keluar dari segala masalah. Tanpa cinta Allah kepada hambanya maka kita tidak akan bisa menemukan kebahagiaan di dunia, dan di akheratpun kita akan sengsara selama-lamanya. Masuknya seseorang kedalam surgapun bukanlah dari pada amal-amalnya tetapi asbab kecintaan Allah pada hambanya.
Nabi SAW bersabda :
“Barang siapa yang menyatakan perang kepada kekasihKu, Aku akan menyatakan perang kepadanya. Tidak ada jalan yang lebih Aku sukai dari hamba-hambaku yang ingin mendekatkan dirinya kepadaKu selain dari mengerjakan perkara-perkara yang Aku Wajibkan. Namun hamba-hambaKu senantiasa juga  melaksanakan yang Aku Sunnatkan, sehingga Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya maka Aku akan menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat, aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Aku akan menjadi mulutnya yang dengannya ia berbicara, aku akan menjadi kakinya yang dengannya ia melangkah, dan aku akan menjadi tangannya yang dengannya ia memukul. Jika ia berdoa kepadaku niscaya pasti akan aku kabulkan.”
3 Amal yang Allah paling sukai :
1.             Sholat berjamaah pada waktunya à Ibadah
2.             Berbakti pada orang tua à Akhlaq
3.             Berjihad di jalan Allah à Pengorbanan
Abu Bakar RA berkata orang yang menyembah Allah ada 3 bentuk :
1.             Menyembah karena Rasa Takut kepada Allah Ta’ala
Ciri-cirinya : Tawadhu, selalu merasa kurang dalam beramal, selalu merasa banyak dosa
2.             Menyembah karena mengharapkan RahmatNya
Ciri-cirinya : Dermawan, selalu Husnudzon, selalu menjaga Adab
3.             Menyembah karena Cinta kepadaNya.
Ciri-cirinya : Pengorbanan, Taqarrub, Dzikir, Mujahaddah atas Nafsu, Syukur dan Malu
Kisah seorang Waliullah bernama Rabi’ah Ad Dahlawi Rah. A :
Rabi’ah pernah berkata yang menunjukkan cintanya kepada Allah bahwa dia sudah mengambil keputusan untuk melipat semua waktu saya hanya untuk beribadah kepada Allah. Rabi’ah Ad Dahlawiyah sudah menyatakan bahwa dia sudah menentukan jalan hidupnya hanya untuk mengabdi pada perintah-perintah Allah saja, tidak untuk patuh atau berkhidmat kepada selain Allah. Inilah bukti cinta Rabi’ah pada Allah Ta’ala semata yaitu dengan menolak kehadiran yang lain. Dan cara untuk dapat mengamalkan itu semua yaitu dengan membuat keputusan atas maksud hidup. Lalu melewati hidup dengan cara  mujahaddah atas nafsu. Inilah ciri-ciri orang yang telah menemukan cintanya kepada Allah.
Rabi’ah pernah berkata :
“Sekiranya nanti di surga aku berjauhan dengan wajah Allah walaupun hanya satu tarikan nafas maka aku akan menangis hingga orang lain menaruh kasihan kepadaku dan memberiku jalan untuk lebih berdekatan kepada Allah Ta’ala.”
Munajatnya Rabi’ah Rah.A  ketika malam Hari :
“Ya Allah seluruh bintang masih bercahaya, seluruh mata sedang terlelap tertidur panjang, para penguasa telah mengunci pintu pagar istananya, yang bersuami tengah bermesraan dengan istrinya, sedangkan aku disini berdiri tegak dihadapanmu.”
Maksudnya :
Seluruh bintang bercahaya : Tanda-tanda Malam
Seluruh Mata sedang terlelap tertidur panjang : Mereka yang sedang melewati malam dengan kelalaian
Para penguasa telah mengunci pagar istananya : Tidak ada pintu tempat memohon lagi
Yang bersuami lagi bermesraan dengan istrinya :Lebih memilih melewati malam dengan istri
Intinya :
Pernyataan ini adalah tanda harapan Rabi’ah agar Allah mau memperhatikannya yang merelakan malamnya dengan berserah diri kepada Allah :
Dia lebih memilih terjaga malam hari dibanding tertidur lalai dari Allah
Dia tidak tertarik meminta kepada penguasa selain dari Allah SWT penguasa sebenarnya
Dia tidak tertarik bermesraan dengan mahluk, hanya mau bermesraan dengan Allah.
Menjelang Subuh :
“Ya Allah kini malam telah pergi, berganti siang yang semakin mengembang. Adakah engkau terima munajatku tadi malam ? Jika engkau menerimanya maka aku akan sangat berbahagia. Jika engkau menolaknya maka aku akan terus bersabar dan aku akan terus menghadapkan diriku kepadamu selama engkau masih memberiku hidup. Maka aku akan terus mendatangimu dan selalu berusaha agar aku sampai di depan pintuMu. Kalaupun Engkau mengusirku dan menghalauku, aku akan tetap tidak akan meninggalkanmu karena aku sangat mencintaimu, ya Allah.”
Intinya :
Inilah kecintaan Rabi’ah pada Allah bukan karena mengharapkan imbalan tetapi inilah bukti kecintaan yang sebenarnya. Walaupun diusir dan dicampakkan dia akan tetap mencintai dan berusaha mendapatkan cintaNya. Karena yang namanya cinta ini tidak perlu alasan dan tidak peduli akan balasan. Selama dia tenggelam dalam kenikmatan cintanya, tidak peduli apakah cintanya terbalas atau tidak, dia sudah cukup bahagia tenggelam dalam perasaan cintanya.
Do’a-do’a Rabi’ah Rah. A :
“Ya Allah aku berlindung kepadamu dari perkara yang menyibukkanku selain dari menyembah kepadamu. Dan dari segala penghalang yang dapat merenggangkan hubunganku denganmu.”
Sebaik-baiknya cinta pada Allah adalah :
1.             Mencintai yang Allah cintai, membenci yang Allah benci
2.             Mencintai orang yang Allah cintai dan membenci orang yang Allah benci.
3.             Cinta karena Allah dan Benci karena Allah.
4.             Beramal dan tidak beramal karena Allah.
Menemukan Cinta pada Rasullullah SAW
3 Macam Akhlaq :
1.             Akhlaqul Hasanah : Tidak membalas perbuatan jahat orang lain
2.             Akhlaqul Karimah : Membalas perbuatan jahat dengan kebaikan
3.             Akhlaqul Azimah : berbuat baik dan usaha membuat musuh jadi baik
Akhlaq Nabi :
1.             Shiddiq à Jujur / Benar
2.             Amanah à Bisa dipercaya
3.             Tabligh à Menyampaikan
4.             Fathonah à Cerdas dan Bijaksana
Yakin sahabat kepada seluruh perbuatan Nabi SAW dapat dilihat dari persamaan kehidupan dan perbuatan Nabi SAW dengan kehidupan sahabat sehari-hari. Rasullullah SAW itu adalah Al Qur’an berjalan, begitu juga para Sahabat RA. Ini dikarenakan kehidupan mereka yang serupa.  Tidak ada dari perbuatan dan kehidupan Nabi SAW yang tidak di ikuti sahabat RA. Apa yang Nabi SAW cintai itu yang mereka cintai walaupun tadinya mereka membencinya. Dan apa yang dibenci oleh Nabi SAW itupun yang mereka benci walaupun awalnya mereka menyukainya. Sahabat Anas RA ketika mendengar kabar bahwa Nabi SAW telah dibunuh di perang Uhud, langsung merasa hidupnya sudah tidak ada gunanya lagi sehingga dia bertempur mati-matian sampai mendapatkan syahid. Seorang Sahabiah tidak sedih mendengar kabar bahwa suami, ayah, dan anaknya telah syahid, tetapi sahabiah ini sangat khawatir ketika mendengar keadaan yang mengancam jiwa Nabi SAW di medan Uhud. Inilah kecintaan sahabat kepada Nabi SAW yang melebihi kecintaan mereka kepada keluarga mereka sendiri bahkan melebihi diri mereka sendiri. Sahabat ketika itu fikirnya adalah bagaimana melindungi Nabi SAW dalam keadaan apapun dari musuh manapun di dalam peperangan separah apapun. Mereka semua merelakan nyawanya asal Nabi SAW selamat. Tetapi hari ini Nabi SAW sudah tidak ada lagi, lalu apa yang kita lindungi dan kita pertahankan saat ini ? Dahulu yang dipertahankan mereka adalah Nabi SAW karena Nabi SAW ini adalah sumber agama dan tempat turunnya wahyu. Walaupun Nabi SAW sudah tidak ada lagi, namun Sunnah-sunnahnya masih ada sampai saat ini sebagai peninggalan dan warisan Beliau SAW. Jadi yang perlu kita lindungi dan kita pertahankan saat ini adalah sunnah daripada Nabi SAW itu sendiri. Ini yang harus kita lindungi dan kita jaga mati-matian sebagaimana sahabat menjaga dan melindungi Nabi SAW mati-matian. Mahfum hadits dikatakan ,”Barangsiapa mengamalkan sunnahku di jaman Fahsyad dan Mungkar maka Allah akan memberinya pahala 100 orang mati syahid.” Untuk dapat melakukan ini perlu kita jadikan fikir Sahabat RA menjadi fikir kita. Hanya dengan fikir dan kecintaan seperti sahabat RA kepada Nabi SAW, kita dapat menjaga dan memelihara sunnah Nabi SAW. Kalau mau selamat, sukses, berhasil, dan bahagia ikut aja Nabi SAW dan para Sahabat RA yang jelas-jelas sudah  dijamin kesuksesannya oleh Allah Ta’ala, gak ada jalan lain, yang mau coba-coba cari jalan lain dijamin gagal.
Hadits Nabi SAW Mahfum :
Barangsiapa yang menjalankan Sunnahku berarti dia mencintaiku, barangsiapa mencintaiku maka dia akan di Surga bersamaku.
Barangsiapa yang mengerjakan Sunnahku di jaman Fahsya dan Munkar (Jaman yang Rusak) maka Allah akan memberinya pahala 100 orang mati syahid.
Rasullullah SAW berkata kepada para Sahabatnya bahwa ada nanti orang-orang yang tidak mau masuk surga. Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasullullah”, Nabi SAW menjawab, “Mereka yang tidak mau mengerjakan Sunnahku”
Rasullullah SAW bersabda, bahwa Allah Ta’ala berfirman, “Barang siapa yang menyatakan perang kepada kekasihKu, Aku akan menyatakan perang kepadanya. Tidak ada jalan yang lebih Aku sukai dari hamba-hambaku yang ingin mendekatkan dirinya kepadaKu selain dari mengerjakan perkara-perkara yang Aku Wajibkan. Namun hamba-hambaKu senantiasa juga  melaksanakan yang Aku Sunnatkan, sehingga Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya maka Aku akan menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat, aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Aku akan menjadi mulutnya yang dengannya ia berbicara, aku akan menjadi kakinya yang dengannya ia melangkah, dan aku akan menjadi tangannya yang dengannya ia memukul. Jika ia berdoa kepadaku niscaya pasti akan aku kabulkan.”
Kisah Nabi :
Suatu ketika datang seorang dokter kepada Nabi SAW dan berkata bahwa ia hendak melakukan inspeksi di kota madinah untuk melihat kondisi kesehatan orang-orang madinah, kalau-kalau ada yang sakit. Setelah berkeliling kota madinah dokter tersebut melaporkan bahwa tidaka da satu orangpun yang sakit atau tidak sehat di madinah. Lalu Nabi SAW menjawab itu karena mereka semua menjalankan Sunnahku. Mereka makan ketika lapar berhenti sebelum kenyang (salah satu sunnah nabi).
Kisah Sahabat :
Ada seorang Sahabat yang tidak suka memakan buah labuh, namun suatu ketika dia melihat Nabi SAW memakan buah Labuh itu dengan Lahapnya. Maka semenjak itu dia jadikan Buah Labuh menjadi buah kesukaannya. Kesukaan Nabi menjadi kesukaannya. Ada sahabat menghancurkan rumah tingkat yang dibangunnya karena Nabi SAW tidak suka melihatnya. Apa yang dibenci Nabi menjadi apa yang dia benci.
Suatu ketika Nabi SAW melewati pohon yang rantingnya agak rendah sehingga Nabi SAW harus membungkuk. Karena Sahabat meyakini dibalik Sunnah Nabi SAW ada kejayaan maka sahabat yang mengikuti Nabi SAW dari belakang juga ikut membungkukkan badannya padahal jika dia berjalan normalpun ranting itu tidak akan mengenai kepalanya.
Suatu ketika ada sahabat yang tertangkap oleh orang kafir Quraish dan akan dihukum mati oleh mereka. Lalu salah seorang dari kafir Quraish bertanya apakah dia mau menukarkan dirinya demi keluarganya dengan Jiwa Rasullullah SAW. Tetapi apa kata sahabat tersebut, “Aku dan Keluargaku tidak akan rela melihat Nabi SAW disakiti walaupun itu hanya sebiji duri yang mengenai kakinya.” Sahabat lebih memilih melihat dirinya dan keluarganya mati dibanding harus melihat Nabi SAW tersakiti walaupun hanya dengan sebiji duri.
Ada kisah mengenai Abu Bakar RA, suatu ketika anak laki-laki Abu Bakar RA datang kepadanya lalu berkata, “Wahai Ayahku sesungguhnya ketika perang Badr aku mendapatkan tiga kali kesempatan untuk membunuhmu, namun karena rasa cintaku kepadamu aku tidak jadi membunuhmu.” Lalu apa jawab Abu Bakar RA, “Wahai anakku jika ketika itu aku melihatmu maka aku langsung memenggalmu karena Aku lebih mencintai Allah dan Rasulnya.” Inilah kecintaan Sahabat kepada Nabi SAW melebihi cinta mereka kepada keluarganya.
Allah berfirman dalam Al Qur’an :
“ Sesungguhnya telah ada pada diri Rasullullah SAW itu suri tauladan (program/contoh) yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap Rahmat (Pahala / Kebaikan) dari Allah…”
( 33 : 21 )
“ Katakanlah : “ Jika kamu mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampunkan dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang.” ( 3 : 31 )
Jenis-jenis manusia yang tidak akan pernah bahagia dunia dan akherat :
Tidak Pernah Bersyukur :
Hari ini banyak orang Allah telah beri nikmat berupa kesehatan, kekayaan, dan lain-lain, tetapi tidak pernah disyukuri. Dikasih nikmat kesehatan bukannya digunakan buat beramal sebelum datang sakit tetapi malah digunakan buat berleha-leha, santai-santai.
Dikasih harta bukan buat tambah korban atau sedekah atau ibadah tetapi malah buat dosa, malah buat ngelawan Allah. Qorun telah Allah kasih nikmat harta tetapi dia ingkar kepada Allah tidak mau bayar Zakat dan malah berkata “Ini adalah hasil dari jerih payah saya.” Inilah yang kebanyakan orang-orang bilang hari ini tentang harta mereka. Akhirnya Qorunpun Allah hancurkan, harta yang dia punyai tidak bisa membeli Azab Allah, tidak bisa menyelamatkan dia juga. Inilah tanda-tanda orang yang tidak bersyukur, ingkar terhadap pemberian Allah kepadanya. Kitapun nasibnya bisa sama seperti Qorun jika kita tidak mau menyukuri nikmat Allah. Maulana Ibrahim berkata tanda-tanda kebathilan dalam diri adalah jika kita menyangka harta, rumah, dan kebendaan yang kita miliki adalah milik kita. Ini perlu kita sadari bahwa seluruh harta yang kita miliki bahkan diri kita adalah milik Allah. Untuk membenarkan kesalah fahaman ini makanya kita perlu keluar dijalan Allah.
Bagaimana Allah tidak murka pada kita. Allah berikan kenikmatan-kenikmatan dan kebaikan-kebaikan pada diri kita tetapi malah kita gunakan untuk bermaksiat pada Allah. Kalau ini terjadi antara kita dan teman kita maka kita sudah bilang teman kita penghianat atau penohok (tukang tusuk dari belakang). Udah kita baikin tetapi malah menjerumuskan kita. Bagaimana Allah memandang kita terhadap nikmat-nikmatnya yang kita gunakan untuk bermaksiat kepada Allah.
Dikasih keamanan berupa udara, matahari, air, dan lain-lain tidak pernah kita ingat-ingat yang kita ingat justru masa susah melulu, gak ada duit, gak ada makan, dan lain-lain. Padahal kalau Allah umumkan mulai besok persediaan udara habis, matahari mo dimatikan, stock air ditutup, bagaimana jadinya ? bisa gak kita merasa aman. 1 tabung gas oksigen saja di rumah sakit sudah berapa harganya, bagaimana sinar matahar, air, dll, kalau pake tagihan juga. Nah ini perlu kita syukuri. Tetapi sudah demikian baiknya Allah pada kita, tetapi buat beribadah kita masih bisa bilang gak ada waktu, ada saja alasannya. Bani Israil pernah diperingatkan oleh Nabi Musa bahwa Allah telah hilangkan rasa takut mereka kepada Firaun dan diberi rasa aman. Jika kalian ingkar terhadap Allah dan NikmatNya maka nanti Allah akan hancurkan kalian sebagaimana Allah telah hancurkan Firaun. Begitu juga kita kini, Allah telah berikan kita banyak kenikmatan, jika kita tidak bersyukur dan ingkar terhadap nikmat Allah, maka nasib kita bisa sama seperti Bani Israil. Bani Israil adalah contoh kaum yang ingkar terhadap nikmat Allah, bagaimana kesudahannya dengan mereka.
Lihat Nabi Ayub AS, walaupun dia diberi ujian berupa penyakit selama bertahun-tahun sampai dikucilkan oleh orang kampung dan ditinggalkan isteri-isterinya, tetapi masih tetap bisa melihat nikmat yang ada dan menyukurinya. Tidak pernah Nabi Ayub AS mengeluh atas keadaannya. Ayub AS berkata, “Ya Allah seluruh badanku sudah hancur, tetapi janganlah engkau ambil hati dan lidahku ini, karena aku khawatir aku tidak dapat memujimu lagi.” Sudah sakit tetapi ia masih bisa bersyukur makanya Ayub AS, Allah katakan sebagai hambanya yang terbaik.  Allah abadikan kisah ini dalam Al Qur’an agar kita bisa mengikutinya.
Kita perlu dapat melihat nikmat-nikmat Allah dalam segala keadaan, baik senang ataupun susah. Dan kita tambah lagi pengorbanan dan amal kita agar kita termasuk orang-orang yang bersyukur. Jika kita bersyukur maka nanti Allah akan tambah nikmat kita. Bagaimana kita bersyukur dalam segala keadaan. Orang miskin bersabar ini sudah seharusnya dia bersabar tetapi orang miskin bersyukur ini baru tanda-tanda ketakwaan. Alhamdulillah, Allah masih beri kita makan hari ini walaupun hanya nasi dan tempe. Orang kaya bersyukur sudah seharusnya tetapi orang kaya bersabar atas kekayaannya, ini baru takwa. Sabar dari menghambur-hamburkan uang. Dari pada beli baju mendingan di sedekahkan atau dipakai untuk keluar dijalan Allah ini baru namanya mujahaddah atas nafsu. Bagaimana kita belajar melihat kebaikan Allah dalam segala keadaan baik dan buruk. Umar RA pernah bertanya kepada seorang sahabat tentang nikmat yang dipunya seorang fakir tertidur dijalan dalam keadaan yang sangat susah sakit-sakitan. Sahabat bilang tidak ada kenikmatan yang terlihat dari orang itu. Tetapi Umar malah bilang, “bukankah ia masih dapat buang air dan buang angin.” Inilah tanda-tanda orang yang takwa yaitu selalu dapat melihat kebaikan yang Allah kasih dalam segala keadaan. Tanda orang bersyukur ini tidak cukup dengan mengucapkan Alhamdullillah saja tetapi dengan amal juga. Bagaimana kisah tentang Nabi Daud AS, Allah telah beri dia kerajaan, tetapi ia mensyukurinya dengan menambah amalnya, sehari puasa dan sehari tidak. Padahal ia seorang raja. Ini baru contoh orang yang tau mensyukuri nikmat Allah.
Ada suatu kisah dijaman Nabi SAW seseorang datang kepada Nabi SAW minta didoakan agar dijadikan kaya, tetapi setelah kaya orang ini malah ingkar atas nikmat berupa harta yang Allah telah kasih pada dia. Sebelum ia kaya dia rajin ke mesjid tetapi setelah kaya ia malah jauh dari agama dan malah menjadi bakhil ( pelit ). Inilah manusia, tidak pernah bersyukur udah dikasih malah dilupain, dulu nangis-nangis minta-minta. Tetapi setelah kenikmatan datang, Allahnya kita lupakan. Maka ketika itu seluruh nikmat kekayaannya Allah ambil kembali, bahkan ada yang Allah jadikan semakin bertambah hartanya maka semakin menderitalah dia.
Dan inipun banyak terjadi pada kehidupan kita sekarang. Pernah ada jemaah datang kesatu daerah, ketika itu kunjungan sillaturrahmi dibuat oleh jemaah kepada seseorang yang miskin dan pengangguran, si fulan namanya. Ketika diajak untuk ke mesjid dia menjawab tidak bisa karena paginya dia harus mengantar anaknya sekolah, siangnya dia harus cari ke kerja, malam jaga anak giliran ama isteri. Dia bilang kalau saya ikut kalian anak dan isteri saya mau dikasih makan apa. Tidak ada waktu sama sekali, tetapi dia minta dido’akan agar kondisinya berubah sehingga dia ada waktu buat ke Mesjid. Maka dido’akanlah dia oleh jema’ah agar kondisinya Allah ubah menjadi lebih baik agar bisa ada waktu ke mesjid. Tidak lama setelah jema’ah pulang, beberapa bulan kemudian ternyata daerah itu akan dibuka pabrik. Akhirnya bekerjalah si fulan di pabrik itu. Lalu datanglah jemaah berikutnya, pergi dengan penunjuk jalan yang sama kepada si fulan. Tetapi walaupun keadaan sudah berbeda, ia sudah dapat kerja sekarang, uang sudah ada, namun tetap saja dia tidak bisa datang ke mesjid. Dia bilang saya sibuk kerja dari pagi hingga malam, waktu libur digunakan buat sama keluarga karena jarang bertemu hari biasa katanya. Lalu kata jema’ah, kalau begitu kami do’akan agar bapak punya banyak waktu, tetapi dia malah mengatakan : “jangan nanti pabriknya tutup setelah didoakan” katanya. Inilah manusia kini waktu sempit, waktu lapang tetap tidak ada waktu buat Allah. Inilah kondisi kita saat ini selalu tidak ada waktu buat Allah, kalaupun ada Allah kita kasih waktu sisa, sisa kerja, sisa meeting, sisa tidur, dan lain-lain.
Nanti kalau sudah datang musibah atau masalah, baru lari-lari menangis kepada Allah. Barangsiapa yang dapat mengingat Allah diwaktu senang maka Allah akan mengingatnya diwaktu susah. Kalau kita tidak mau ingat pada Allah diwaktu senang bagaimana Allah mau ingat kita diwaktu susah. Allah tidak pernah meninggalkan kita tetapi kita yang selalu meninggalkan Allah apalagi kalau kesenangan itu datang.
Tidak pernah Puas
Hari ini manusia sibuk mengumpulkan kebendaan seakan-akan kalau tidak ada kebendaan dia akan menderita dan tidak akan bahagia. Tetapi setelah diberikan kebendaan malah tidak pernah puas, selalu hidup dalam ketakutan, padahal kebendaan yang dipunya telah menumpuk. Inilah dunia indahnya cuman diangan-angan, tetapi kalau udah terjadi maunya malah biasa-biasa saja. Udah punya satu mobil maunya dua, udah ada baju perlu baju buat kantor, buat pesta, buat shopping, buat ini dan itu, selalu mau nambah tidak pernah puas.
Dunia itu sepertinya bagus, tetapi sebenarnya mencekik dan mengekang. Ada seorang artis dia menceritakan kisahnya dari kecil betapa dia ingin menjadi orang terkenal tetapi kini setelah terkenal hidupnya malah susah bahkan telah mencoba bunuh diri. Inilah manusia tidak pernah puas, udah diberikan taunya malah nyesel malah minta biasa-biasa saja.
Hari ini kita karena tidak ada rasa takut pada Allah maka Allah buat hati kita takut pada segala sesuatu, takut miskin, takut sakit, takut isteri, dan lain-lain. Sehingga kita jadi susah beramal, yang ada malah mengejar-ngejar dunia, tidak ada kebebasan, terikat biaya, waktu, dan kerjaan yang menumpuk. Tetapi kalau ada takwa dalam diri kita maka Allah akan masukkan hawa penghuni surga dalam kehidupan kita yaitu diberikan rasa Ghany ( kaya ) dan Qani’ ( Cukup ). Penghuni Surga ketika ditanya Allah mau apa lagi, mereka bingung karena semuanya sudah ada dan merasa cukup atas keadaan yang ada. Tetapi setelah melihat wajah Allah semua kenikmatan disurga langung hilang. Begitu juga kita kalau kita takut pada Allah maka Allah akan timbulkan kenikmatan kenikmatan dari keadaan-keadaan yang ada pada kita.
Kini orang hidup kaya tetapi tidak bisa menemukan kepuasan, selalu tidak penah puas dan selalu dalam ketakutan akan kekurangan. Lihat bagaimana Rasullullah SAW, rumahnya kecil tetapi setiap pulang dia selalu berkata, “Bayyiti Jannati, Rumahku Surgaku.” Bagaimana Sahabat tidak kesan pada kebendaan sehingga hidupnya Allah datangkan kecukupan dalam hati dan keberkahan. Sahabat setiap dapat harta langsung dibagi bagikan. Umar bin Khatab RA pernah memerintahkan khaddamnya memberikan harta ghanimahnya kepada para sahabat yang miskin. Tetapi apa yang dilihat oleh pembantunya Umar RA. Dia bercerita pada Umar RA bahwa harta yang dibagikan kepada para Sahabat yang disebutkan oleh umar ternyata dibagi-bagikan lagi oleh mereka kepada orang lain sampai habis. Inilah rasa cukup yang dipunyai Sahabat RA, sekarang lihat keadaan kita.
Rasa tidak puas ini menyebabkan sesorang tidak bisa bersyukur atas nikmat yang Allah kasih. Ada cerita seorang raja sedang pergi jalan-jalan bersama ratunya. Ditengah jalan si Ratu melihat orang miskin makan dan minum dengan bahagianya padahal makanan dan minuman mereka sangatlah tidak layak tetapi mereka terlihat bahagia. Si Ratu bertanya, “Bagaimana mereka bisa menemukan kebahagiaan dari keadaan seperti itu?” atas pertanyaan ini Si Raja memerintahkan kurir untuk memberikan 1 perak kepada seorang fakir, maka fakir itu terlihat bahagia sekali dan sangat bersyukur kepada Raja. Melihat keadaan ini tambah bingung si Ratu, “Kenapa dia bahagia sekali hanya dengan uang 1 perak saja, apa yang bisa dibeli dengan 1 perak itu ?” melihat hal ini maka Raja memberikan Ratu uang sebanyak 99 perak. Lalu Ratu bertanya, “Yah kenapa hanya 99 perak, kurang nih ?” si Ratu mengeluh. Lalu si Raja menjawab, “Itulah perbedaan antara kamu dengan mereka, mereka ada rasa puas dalam diri mereka sehingga kebahagiaan mudah masuk kedalam diri mereka.”
Panjang angan-angan
Orang yang paling menyesal nanti adalah orang yang panjang angan-angan karena mereka mati membawa angan-angan untuk mengerjakan amal. Hari ini umat suka merencanakan perkara-perkara yang jauh kedepan yang belum tentu terjadi. Seakan akan hidup ada jaminan keesokan harinya. Padahal yang namanya mati tidak ada yang tahu, karena  ini rahasia Allah. Ada suatu kisah seseorang membangun rumah karena dalam angan-angannya jika rumah yang dibangunnya jadi maka ia akan bahagi. Maka dia membuat rencana akan beli perlengkapan rumah ini itu, perabotan ini dan itu semua masuk dalam rencana jangka panjangnya jika rumahnya jadi. Tetapi setelah rumah itu jadi dalam perjalanan memindahkan barang ke rumah yang baru ternyata orang tersebut jatuh lalu meninggal. Akhirnya rumah bagus yang baru tersebut tidak sempat ditinggali. Rasullullah SAW pernah melukiskan kotak pada pasir kepada sahabat. Lalu didalam kota itu Nabis SAW menarik garis dari dalam keluar kotak sebanyak tiga garis. Lalu Nabi SAW bersabda mahfum, bahwa kotak tersebut adalah kehidupan manusia, garis panjang keluar adalah angan-angan manusia, garis kotang yang memotong dengan garis angan-angan itu adalah umur manusia atau kematian. Hari ini manusia suka buat rencana banyak-banyak dan panjang-panjang. Ternyata sebelum terwujud rencana tersebut, mati datang menjemput. Inilah yang namanya kesia-siaan. Maka orang seperti ini akan dibangkitkan dengan rasa penuh penyesalan.
Hazrat Ibnu Umar RA, memberi nasehat :
“Ketika kamu dipagi hari janganlah menunggu waktu malam, ketika kamu dimalam hari janganlah kamu menunggu waktu pagi. Persiapkan dirimu untuk masa sakitmu ketika masih sehat dan persiapkan bekalmu untuk mati ketika kamu masih hidup.”
Jadi jangan menunggu-nunggu lagi dalam beramal kapan ada waktunya kerjakan, karena waktu ke depan tidak ada jaminannya. Sahabat Saad bin Abi Waqqash RA ditanya Nabi bagaimana dia sholat ? Saad RA menjawab saya sholat Ashar seakan-akan saya tidak akan dapat hidup sampai Maghrib. Saya sholat maghrib seakan-akan saya tidak akan hidup sampai waktu Isya, dst. Bahkan ada Sahabat yang berkata saya salam kekanan seakan-akan saya tidak bisa salam ke kiri. Itupun masih dibilang panjang angan-angan oleh Rasullullah SAW.
Hari ini dibagi  3 :
Hari Kemarin à Tidak akan kembali lagi sampai kapanpun
Hari Esok à Tidak ada jaminan masih hidup
Saat Ini à Waktu terbaik untuk beramal
Ali RA berkata :
Jika hari ini sama dengan hari yang kemarin, rugi namanya.
Jika hari ini lebih buruk daripada hari kemarin bangkrut namanya
Jika hari ini lebih baik dari hari kemarin, ini baru beruntung
“Demi Masa, Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian kecuali orang yang beriman, beramal sholeh, dan yang saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.” ( Al Ashr : 1-3 )
Menurut Allah semua manusia dalam keadaan merugi karena mereka tidak bisa memanfaatkan waktu dalam beramal. Amal dalam waktu yang telah lewat tidak akan bisa dapat ditebus, kita hanya dapat beramal untuk waktu yang sekarang. Waktu yang akan datang tidak ada jaminan. Di Akherat nanti adalah tempat orang menyesal, walaupun orang beriman dan beramal sholeh mereka juga akan menyesal. Karena jika mereka menyadari nilai Iman dan Amal maka semua tidak akan pernah punya waktu untuk keduniaan lagi. Ada kisah tentang tiga orang murid yang diperintahkan oleh gurunya untuk pergi ke gunung lalu masuk kedalam goa yang ditunjuk oleh gurunya. Namun sebelum masuk kedalam goa gurunya sudah mengingatkan apapun yang kalian ambil tidak akan ada manfaatnya, tetapi ambil sebanyak-banyaknya apa yang kalian bisa ambil didalam. Lalu ketiga murid itu masuk ke dalam goa yang gelap itu dengan meraba-raba:
Murid pertama tanpa banyak pikir sami’na wa atho’na, saya dengar saya taat aja, maka dia masukin kedalam seluruh kantong bajunya batu-batuan dari dalam goa sebanyak-banyaknya.
Murid yang kedua berpikir, “Untuk apa saya bawa sesuatu yang tidak berguna, tapi biarlah saya ambil satu batu ini saja biar dia senang.”
Murid yang ketiga berpikir, “Untuk apa saya bawa sesuatu yang tidak ada gunanya didalam goa ini.” Akhirnya ia memutuskan untuk tidak membawa apa-apa.
Setelah mereka keluar mereka melapor kepada gurunya dan goa itu di tutup oleh batu yang didorong dari atas bukit hingga tertutup:
Murid pertama ketika ditanya membawa apa, lalu dia keluar dan melihat ternyata batu-batuan yang dia bawa adalah Emas batuan dan Intan permata. Melihat ini dia menyesal tidak ambil lebih banyak lagi.
Murid kedua melihat ini dia langsung menangis dan lari ke pintu goa untuk membukanya ternyata tidak bisa, dia menjerit menyesal hanya membawa satu bongkah batu.
Murid yang ketiga melihat kejadian ini langsung pingsan.
Inilah dunia gelap sehingga kita tidak tahu nilai Amal. Nanti setelah di kubur baru kita menyesal tentang amalan kita. Apa saja yang mereka sesalkan :
1.             Kenapa tidak beramal ketika itu juga ( hanya dapat niat ) ?
2.             Kenapa tidak lebih berat lagi ujiannya ?
3.             Kenapa tidak lebih baik lagi pemberiannya ?
Kenapa tidak lebih jauh lagi ( hijrah / jihadnya ) ?
Untuk perkara ini kita jangan buang-buang waktu lagi, jangan kita tunda-tunda dalam beramal. Jangan hanya minta Rejeki saja agar dipercepat, tetapi giliran diperintahkan untuk beramal kita malah tunda-tunda. Yang namanya mati kita tidak tau kapan menjemput, tiba-tiba kita sudah berada di dalam kubur tanpa membawa amal. Kini umat bisanya cuman do’a minta Iman tetapi tidak ada usaha atas Iman. Ini seperti seseorang yang sholat didepan hajar aswat pada malam Laitul Qadar minta untuk diberikan anak tetapi tidak mau kawin, maka ini tidak mungkin terjadi. Kasihan Sahabat buang darah, tinggalkan keluarga, korban harta dan diri demi Iman ada dalam diri mereka dan dalam diri setiap orang. Jika hanya dengan duduk-duduk saja Iman dapat datang, mendingan para sahabat berdo’a saja toh do’a mereka lebih di dengar atau lebih ijabah dari kita. Iman ini akan datang jika kita ada usaha atas Iman, dan ada do’a kepada Allah. Bukan hanya dengan do’a saja, tapi kita harus buat target bagaimana kita mau dipanggil Allah nanti ketika mati. Ini karena Allah akan bangkitkan kita sebagaimana kita nanti akan dimatikan. Orang yang mati dalam keadaan bermaksiat maka dia akan dibangitkan sebagai orang yang bermaksiat kepada Allah. Orang yang mati dalam keadaan menjalankan perintah Allah maka ia akan dibangkitkan bersama-sama dengan orang yang taat kepada Allah dan Rasulnya. Kita tinggal pilih, jalan ini hanya ada dua yaitu jalan menuju Surga atau jalan ke Neraka, Jalan Nabi atau Jalan Setan. Hanya dengan cara Nabi SAW kita dapat berjalan menuju Surga. Jika tidak mau ikut maka pasti dan pasti kita akan tersesat dan berakhir di neraka. Untuk perkara ini kita perlu pergi di jalan Allah, jangan kita tunda-tunda lagi dan jangan sampai kita menyesal, tiba-tiba bangun sudah dikubur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar