Ketika
Siti Khadijah radhiyallahu ‘anha menemui suaminya Baginda Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Ia (Khadijah radhiyallahu ‘anha) baru saja pulang
dari rumah Waraqah bin Naufal. Ia menanyakan tentang tanda-tanda kenabian yang
ada pada suaminya, pada saat itu lah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menerima wahyu ke-dua awal surah Al-Mudatsir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam kemudian berkata kepada istrinya "Tidak ada waktu lagi
untuk istirahat... Jibril ‘alaihis salam telah menyampaikan perintah Allah subhanahu
wa ta’ala kepadaku agar aku menjumpai setiap orang untuk mengajaknya kepada
Islam, wahai istriku siapakah orang yang akan mengikutiku".
"Aku ya Rasulullah, aku mengimani bahwa Allah subhanahu wa ta’ala
tiada tuhan selain Dia dan engkau adalah Rasulullah" Jawab Khadijah radhiyallahu
‘anha
Demikianlah
awal pengorbanan mereka yang tiada berhenti sehingga segala keperluan diri
dikebelakangkan hanya untuk kemuliaan Islam. Hingga di akhir hayatnya Rasululah
shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditemani oleh Jibril ‘alaihis
salam yang datang untuk menghiburnya, Beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam bertanya "bagaimana keadaan ummatku
sepeninggalanku?". Keadaan ummatnya saja yang terfikir hingga akhir
hayatnya.
Menjelang
akhir hayatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengirim satu
jema'ah besar keluar kota Madinah dipimpin seorang panglima yang masih sangat
muda, anak dari seorang bekas budak hamba sahaya yang kemudian menjadi anak
angkat Beliau, Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma. Belum sampai ke
tujuan Jema'ah tersebut mendapat berita tentang wafatnya Baginda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Akhirnya diputuskan jema'ah tersebut kembali ke Madinah.
Di
Madinatul Munawwarah keadaan pun sedikit kacau, karena begitu sedih dan bingung
banyak dari sahabat radhiyallahu ‘anhum yang tidak tahu harus berbuat
apa pada saat itu. Umar radhiyallahu ‘anhu menghunuskan pedang
berkeliling Madinah sambil berkata tidak mungkin Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam wafat. Utsman radhiyallahu ‘anhu hanya diam tidak tahu
berbuat apa.. Sehingga Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, setelah menjenguk
jasad Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam, tampil ke depan menenangkan.
Singkat
cerita...
Usaha
da'wah terhenti sebentar (dalam satu riwayat 7 hari), jema'ah yang dipimpin
Usamah radhiyallahu ‘anhu belum diberangkatkan. Apa yang terjadi? Alim
ulama menerangkan ketika da'wah terhenti sebentar ada 3 perkara besar terjadi:
1.
Diangkatnya ketakutan dari hati orang kafir terhadap orang Islam
2.
Banyak orang kembali murtad dan sebagian tidak mau lagi membayar zakat.
3.
Munculnya Nabi palsu, Musailamah al Kahzab.
Tentara
Romawi dan sekutu-sekutunya mengirim suatu kekuatan besar untuk membumi
hanguskan Madinah dan seluruh orang Islam. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu
memutuskan untuk segera mengirim kembali jema'ah yang sempat tertunda untuk
menghadapi tentara kafir dengan tetap dipimpin oleh Usamah radhiyallahu ‘anhu.
Ada sebagian sahabat yang merasa keberatan dan ingin agar Usamah radhiyallahu
‘anhu dapat diganti dengan sahabat yang lebih berpengalaman tapi Abu Bakar radhiyallahu
‘anhu berkata,
"Belum lama jasad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dikebumikan, sekarang kalian hendak mengubah satu Sunnahnya"!
Jema'ah
tersebut tetap dipimpin oleh Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma. Semua
sahabat yang tidak ada uzur diperintahkan untuk menyertai jema'ah tersebut.
Amirul Mukminin, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu meminta kesediaan Usamah radhiyallahu
‘anhu untuk membolehkan beberapa sahabat tetap tinggal di Madinah untuk
tugas-tugas lain.
Khalid
bin Walid radhiyallahu ‘anhu ditugaskan memimpin 500 orang untuk
menghancurkan Musailamah al Kahzab.
Umar
radhiyallahu ‘anhu ditugaskan memimpin 50 orang untuk menhadapi mereka
yang tidak mau membayar zakat, sehingga tinggallah di kota Madinah orang-orang
tua dan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu sebagai Amirul Maukminin untuk
mengendalikan keadaan di Madinah.
Seorang
sahabat lagi bertanya kepada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata "Wahai
Amirul mukminin kalau semua kita menyertai jema'ah ini bagaimana keadaan kota
Madinah yang di dalamnya ada Ummahatul mukminiin, istri-istri Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam".
Abu
Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata, "Aku lebih rela istri-istri
nabi diserang musuh dan bangkainya dicabik-cabik serigala daripada agama dan
usaha agama ini terhenti".
Akhirnya
Jema'ah tersebut diberangkatkan dengan dilepas sendiri oleh Amirul Mukminin Abu
Bakar radhiyallahu ‘anhu. Di Madinah, semua sahabat yang uzur
diperintahkan untuk membuat 'amalan masjid. Mengisinya dengan Da'wah menjumpai
orang-orang di Madinah yang keyakinannya goyah atau telah keluar dari Islam
untuk dapat kembali kepada Islam. Mereka kemudian diajak ke Masjid Nabawi untuk
duduk di dalam majelis dan dibangkitkan semangatnya kembali serta memperbanyak
'amal ibadah dan berdo'a memohon bantuan Allah subhanahu wa ta’ala.
Sebagaian lagi diberi tugas untuk melayani tamu-tamu yang datang dan menyiapkan
segala keperluan jema'ah masjid.
Dari
usaha dan kerja di Masjid Nabawi tersebut alim ulama menerangkan terbentuk
beberapa jema'ah da'wah yang dikirim ke kawasan yang berdekatan dengan Madinah,
menjumpai setiap orang yang berada di kabilah terdekat untuk kembali kepada Iman
dan Islam, sehingga di dalam suatu riwayat selama tiga hari-tiga malam di kota
Madinah tidak terdengar suara adzan.
Kembali
kepada Jema'ah yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu.
Selama perjalanan untuk menghadapi tentara kafir mereka telah berhenti beberapa
kali. Alim ulama menerangkan bahwa Usamah radhiyallahu ‘anhuma telah
memerintahkan jema'ah tersebut untuk berhenti dan membongkar segala
perlengkapan dan memasang tenda dan berbagai keperluan lainnya. Ketika semua
telah selesai, ia, Usamah radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk
melanjutkan perjalanan. Semua sahabat radhiyallahu ‘anhuma tha'at.
Mereka segera membongkar tenda mengumpulkan segala perbekalan dan sebagainya.
Di tempat yang lain Usamah radhiyallahu ‘anhu memberikan perintah yang
sama sehingga beberapa kali jema'ah tersebut membongkar memasang dan membongkar
lagi perbekalan serta tenda mereka.
Alim
ulama menerangkan bahwa walaupun pada zhahirnya terlihat seperti tidak teratur
dan tidak terorganisir akan tetapi dengan ketha'atan kepada Amir dan
bergeraknya mereka tersebut fii sabilillaah. Allah subhanahu wa ta’ala
telah tanamkan kembali di dalam hati musuh Islam ketakutan terhadap ummat
Islam. Tentara Romawi dan sekutunya menjumpai bekas-bekas perkemahan dan
barang-barang perbekalan sahabat radhiyallahu ‘anhum dapat menghitung
berapa kekuatan pasukan Muslimin.
Di
tempat yang lain mereka menjumpai tanda-tanda bahwa di tempat itu juga
sepasukan yang besar pernah berkemah, sehingga akhirnya tentara musuh Islam
tersebut berkesimpulan kalau dengan jumlah sahabat radhiyallahu ‘anhum sedemikian
besar yang berada di luar Madinah maka pasti jumlah yang lebih besar lagi ada
di dalam Madinah. Dan mereka memutuskan untuk mundur karena mereka yakin mereka
tidak akan menang menghadapi orang Islam.
Begitu
juga Musailamah al Kahzab dan pengikutnya beserta benteng di Yamamah yang telah
didirikannya akhirnya dapat di hancurkan.
Tiga
perkara besar yang terjadi akibat usaha da'wah terhenti sebentar akhirnya dapat
dikembalikan.
1.
Orang-orang yang murtad kembali kepada Islam,
2.
Orang yang tidak mau bayar zakat akhirnya mau membayar zakat, dan
3.
Allah subhanahu wa ta’ala tanamkan kembali ketakutan di dalam hati musuh
Islam dan Allah subhanahu wa ta’ala hancurkan nabi palsu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar